Lihat ke Halaman Asli

Queenara

⊂⁠(⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠)⁠)⁠⊃

34 Sastrawan Terdampar di Perpustakaan MAN 2 Kota Malang

Diperbarui: 31 Januari 2024   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Rabu yang mendung dan gelap, ditemani dengan sebuah buku tebal berjudul "Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia", sejumlah 34 siswa dan siswi MAN 2 Kota Malang terduduk cemas menanti giliran namanya dipanggil. Suara ribut dengan gelagat panik membersamai rasa frustasi yang dimiliki para siswanya. Jarum jam terus berputar tetapi waktu seakan melambat. Dimulai dari nomor urut pertama, dialah yang akan maju duluan untuk penilaian harian mata pelajaran Sastra Indonesia terkhusus murid dari kelas jurusan Bahasa. Kali ini materi yang akan dipertanyakan adalah seputar Apa itu Frasa?

Sebagai murid dengan pemahaman sastra yang biasa-biasa saja, tentu aku menjadi panik karena penilaian harian yang mendadak ini. Namun, itu tak berlangsung lama karena detik berikutnya, guru pengampu mata pelajaran Sastra Indonesia menyatakan bahwa urutan penilaian harian secara lisan hari ini akan dilaksanakan secara urut mulai dari presensi awal hingga akhir. Sujud syukur hamba berikan pada Sang Pencipta karena takdir membawa namaku pada presensi akhir. Prediksi yang telah kudiskusikan bersama teman-teman satu bangkuku membuahkan hasil bahwa aku tidak akan mendapat giliran penilaian harian lisan pada hari itu sesuai perhitungan waktu yang tersiksa.

Hingga jarum panjang pada jam tanganku menunjuk pada angka tiga dan jarum pendeknya menunjuk angka 12. Tentu saja bel pulang sekolah akan berbunyi untuk menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar pada hari ini sudah selesai. Sang Guru Besar pun berdiri dan menghampiri kami, si 34 Sastrawan yang terdampar di perpustakan MAN 2 Kota Malang.

Kabar baik dan buruk pun terucap dari lisan beliau, "Anak-anak, karena waktunya sudah habis, maka PH lisan materi frasa ini akan kita lanjutkan pertemuan berikutnya, ya. Dikarenakan banyak yang kurang dan penilaiannya tidak ada yang memenuhi KKM, maka Ibu putuskan bahwa kalian akan PH secara tulis, apakah kalian setuju?"

Dengan hati gembira setelah gundah merana, kami ber-34 murid serentak menjawab, "Setuju, Bu!"

Azan asar berkumandang dan berakhirlah kegiatan terdampar di perpustakaan MAN 2 Kota Malang pada hari ini. Semoga kedepannya, kami ber-34 total keseluruhan murid jurusan Bahasa akan menjadi seorang sastrawan yang terkemuka dan dikenali oleh khalayak umum. Cukup sekian cerita singkatku hari ini, sampai jumpa lagi di kehidupan sekolah saya yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline