Daratan tak rata yang kupijak
Meninggalkan jejak kakiku yang telanjang
Berjalan perlahan melawan terjangan angin
Ditemani debur ombak yang berbunyi ricuh
Disertai rintihan batu yang terkikis gelombang
Tenang kurasa kala mendengarnya
Namun, si Hitam sudah menggelung hati
Kini aku buta arah
Melangkah dengan pasti menuju lubung dosa
Aroma laut yang menusuk hidung
Melekat erat dengan biru lapang