Tanpa kamu mengatakan sepatah kata pun, aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Kamu harus tahu kenapa dunia ini bisa begitu besar, jadi kamu tidak boleh menyerah sebelum kamu tahu alasannya. Rasa syukur selalu terbenam di hatiku kala kamu selalu hadir di hadapanku, karena itu adalah tanda bahwa kamu tidak menyerah.
Tiada kata-kata yang mampu terucap dari lisanku untuk mengekspresikan bagaimana perasaanku kala aku melihatmu berderai air mata. Kamu tidak sendirian, aku pun tidak sendirian. Kamu boleh menangis, begitu pun dengan aku. Kita bisa berhenti sejenak ketika letih menerjang. Aku selalu baik-baik saja jika bersamamu. Kamu boleh bersandar padaku, tapi aku tak bisa bersandar kepadamu.
Walau aku juga sama sakitnya denganmu, aku tak akan pernah menunjukkannya. Tangis yang tertahan dalam netra yang terpejam menjadi tanda bahwa aku benar-benar menyayangimu.
Aku akan selalu menjadi yang terkuat untukmu, pelita dalam hidupmu, gemintang dalam tawamu, dan cahaya matahari paling terang yang akan menuntunmu berjalan di atas kejamnya dunia.
Hanya kita yang bisa memahami satu sama lain dengan bahasa kita, bahasa cinta. Terima kasih karena kamu sudah mau bertahan selama ini, dan aku ingin berterima kasih padaku yang telah bertahan sejauh ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H