Lihat ke Halaman Asli

Queenara

⊂⁠(⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠)⁠)⁠⊃

Temu Rasa

Diperbarui: 16 Agustus 2023   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Tidak ada yang berkesan dalam menjalani hari-hari bersekolah, monoton. Berangkat sebelum matahari berenang dan pulang setelah matahari tenggelam. Kini, rumah hanya menjadi tempat untuk tidur, makan, dan panggilan alam.

Penampilan itu selalu menjadi nomor satu, hidup tanpa kata cantik mampu membuatmu merasa kesulitan untuk menjalani hidup, sekalipun orang itu memiliki kepribadian yang baik. Hanya gadis cantik saja yang akan mendapat perhatian, tampangku yang biasa saja ini tak akan bisa mendapatkan itu jika hanya diam saja di sekolah. Tekadku untuk menjadi siswi yang aktif sangatlah besar, tetapi aku tak punya tenaga yang cukup untuk melakukannya.

Aku mengikuti klub Jepang hanya sebagai pemenuhan nilai rapor, tanpa adanya niatan belajar dengan serius. Sebenarnya sedikit berharap aku bisa menunjukkan kemampuanku dalam berbahasa Jepang, walaupun aku tahu aku tidak akan bisa melakukannya. 

Mengucap salam ketika masuk ke dalam Ruang Bahasa, sebagaimana pesan yang disampaikan guru yang mengawas, rumornya di ruangan ini ada penunggunya. Duduk di kursi bagian depan sebelah kanan, tempat kesukaanku di ruang ini. 

Melihat sekeliling dan mencoba mengingat siapa saja yang berada di dalam Klub Bahasa Jepang, hingga sepasang mata mampu membuatku runtuh dari pertahanan hati, Sang Cinta Pertama. Segera aku kembali menatap ke arah buku di hadapanku, berharap bahwa dirinya tidak menyadari bahwa aku sedang memandanginya.

Bimbang menerjang hati, besar keinginan untuk kembali menatap dan mengaguminya, tapi rasa malu menarik kembali keinginan itu. Hatiku bergemuruh, sifat keberanianku mulai muncul di fajar hati. Mengangkat pandanganku sekali lagi, soalnya ternyata dia juga sedang melihat ke arahku.

Debar jantungku bergetar dan perutku melilit, aku sangat membenci rasa ini tapi aku juga menyukai rasa ini jika itu denganmu.

Tatapanmu itu memang melihat ke arahku, tapi aku bisa merasakan kehampaan dalam sorot tatapmu. Aku bisa merasakan bahwa kamu hanya menatap biasa tanpa menaruh rasa sedikit pun.

Tabrakan dua rasa yang berbeda, rasa kagum yang begitu tinggi dan rasa hampa yang begitu kosong, apakah kita bisa bersama?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline