Kemajuan suatu Negara di ukur dari tingkat partisipasi pendidikan dan kesehatan masyarakat.Lembaga pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan kesejahteraan masyarakata atau Negara. Karena lembaga pendidikan merupakan lembaga pencetak sumber daya manusia tentunya lembaga pendidikan ini harus di imbangi dengan sarana prasarana untuk mengajar maupun Sumber Daya Manusia yang profesional sebagai tenaga pengajar, namun ketika kita meninjau di beberapa sekolah, kualitas tenaga pendidik masih di bawah setandar, tentu hal ini tidak serta merta hanya di salahkan kepada tenaga pendidik namun perekrutan tenaga honor juga harus di tinjau, factor yang sering di temui di lapangan adalah salah satunya memasukkan tenaga pengajar yang non kompeten tapi memiliki ikatan keluarga, atau bahasa kerennya yaitu Nepotisme. Seandainya saja dia melakukan nepotisme positive dalam artian bahwa yang di maksukan sesuai dengan kompetensi, dan kualitas pengajar, ya tidak masalah. Di samping itu lembaga pencetak tenaga pendidik juga harus mempunyai kompetensi dalam bidang pengajaran, sehingga bisa mengeluarkan tenaga pengajar bukan berdasar kuantitas namun kualitas.
Kasian kan bagi tenaga yang mau mengabdi dengan SDM yang berkualitas namun tidak dapat tempat karena system pengangkatan guru honor yang Nepotisme ini, apalagi sekarang ini banyak sekali sekolah pribadi atau yayasan. Ada beberapa alternatip para sarjana untuk bisa mengajar di sekolah, salah satunya harus ikit serta melakukan suksesi pildes, pilbup dan pil pil yang lainnya atau masuk partai sehingga ketika calon yang di sukseskan ini menang, dengan mudah saja dia masuk di sekolah dengan rekomendasi oleh sang pemimpin. Kalo hanya ompol ompolan pingin mengabdi tanpa ada jaringan tentu itu sangat sulit sekali, tak heran saat ini banyak sarjana pendidikan yang menganggur, karena tidak sesuainya jumlah sekolah dengan tenaga pendidik, Andaikan ada alternativ lain nantinya untuk menampung para sarjana ini untuk di berdayakan baik melalui program pemerintah maupun suasta sehingga Kemiskinan di Indonesia ini bisa berkurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H