Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Harian

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melintasi pinggiran kota jakarta saat pagi , seperti biasa nampak pengendara motor,mobil, dan angkutan umum yang jumlahnya tak terhingga. Untuk menyongsong rutinitas kerja, sekolah, dan lainnya. Kaum urban yang mengadu nasib di belantara ibukota jakarta yang kompeks. Hiruk pikuk yang senantiasa jadi sarapan pagi kota pinggiran jakarta, bekasi,depok,bogor,tangerang dan sekitarnya. Fenomena ibukota yang juga banyak terjadi di belahan kota lainnya di Indonesia.

Para pengendara motor tumpah ruah di jalan, kadang tak mengindahkan rambu lalu lintas. Berkendara secara ugal-ugalan, menerobos lampu merah di kala tak ada petugas demi mengejar waktu, mengandalkan keberanian nyali dengan mempertaruhkan nyawa, itu sebagian hal yang biasa terjadi. Angkutan umum yang juga berhenti semena-mena mengambil penumpang, sering membuat tambah kemacetan di jalan raya. Sedangkan pengendara mobil pribadi jumlahnya makin hari makin banyak . Kadang mesti banyak bersabar bila dijalan raya karena ulah pengendara motor atau angkutan umum. Walau kadang mereka pun sedikit banyak juga membuat kemacetan. Dengan mobil yang bisa ditumpangi lebih dari 1 orang, namun banyak terlihat hanya diisi 1-2 orang saja. Menunjukkan Status sosial atau memang karena kebutuhan sulit dibedakan dan beragam alasan yang bisa dikemukakan.

Program pemerintah mengatasi kemacetan dengan busway, Three in One dan lainnya,  tak sesuai harapan. Volume kendaran tetap lebih besar dari ruas jalan yang tersedia. Memakai jasa jalan tol dalam kota dan JORR yang mahal bagi pengendara mobil, hanya menjadi solusi praktis bagi sebagian orang berkantong tebal. Layaknya Setebal Novel. Bahkan jalan tol pun macet sudah merupakan hal biasa. Bahkan kebijakan-kebijakan harga BBM yang telah ada saat ini , nampak tidak terpengaruh. BBM mahal, penyesuain tarif, dan lainnya nampaknya hanya menjadi kegemparan awal saja. Tetap saja orang akan membeli karena kebutuhan.

Semua program pemerintah mengatasi kemacetan hanya program yang akan selalu berseberangan dengan sektor lainnya. Saat ini orang dengan begitu mudahnya mengambil kredit mobil dan motor, bahkan ada yang memakai DP 0 %. Sehingga kendaraan dijalan tetap berlimpah bagai kacang goreng. Semua industri otomotif berlomba-lomba membuat kendaraan. Baik dengan harga murah dengan kualitas seadanya, sampai yang tergolong mewah. Pasar otomotif di Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial, sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup umumnya di Indonesia. Dan Jasa asuaransi dan leasing tumbuh subur seiring pesatnya jumlah kendaraan bermotor. Semua program pemerintah selalu bertabrakan dengan kebijakan yang dibuat pada sektor lainnya yang saling terkait satu sama lainnya. Seperti halnya program mengatasi kemacetan yang berbenturan dengan kebijakan industri otomotif  dan lainnya. Terjadi awan semu antara mengeruk pundi-pundi untuk devisa negara, kantong pribadi, atau memperhatikan kebaikan lingkungan dan masyrakat umum.  Menjadikan tanda tanya besar hingga masa mendatang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline