Lihat ke Halaman Asli

Alex Pandang

Freelance Writer

Nyanyian Matahari

Diperbarui: 9 Februari 2018   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ilustrasi sumber dream. co. id)

Aku mendengar nyanyian matahari. 

Saat rekah rekah itu kembali datang. Merayap diatas alang alang tua lalu memecah butir butir empun meleleh tanpa syarat. 

Kita menyentuh pagi. Nyanyiannya terdengar dari timur. Merambat ke hati. Hingga jiwa jiwa terbuka. 

Lalu dengan ingatan manusia akan bertepuk dada. Diatas tangannya sendiri. Beberapa kisah akan tertulis di sudut senja. 

Aku mendengar nyanyian matahari. 

Lalu kutatap bocah bocah kecil itu menghangatkan doa doa mereka ditepian tungku api yang terus menyala. 

Dalam secangkir kopi ayah kembali menyeruput mimpi. Ia hendak merawat dan meneguknya hingga matahari terbenam.

Dengan nyanyian ibu mulai memungut rindu meramunya jadi kehidupan. Menebarnya serupa dongeng diatas tanah. 

Terlalu biasa. Hanya kita yang tahu artinya. Aku tak ingin seperti kebanyakan. Melihat tapi tak berhenti. Mendengar tapi tak menjawab. 

Aku mendengar nyanyian matahari.

Sillu, 9/2/18

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline