Lihat ke Halaman Asli

Alex Pandang

Freelance Writer

Ironi-ironi Kemerdekaan

Diperbarui: 16 Agustus 2019   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah | Foto. Pribadi

~~Ironi Ironi Kemerdekaan~

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu adalah terbit Matahari serupa tari-tari kaki kaki-kaki telanjang yang tergesa menyambut pagi dengan perut kosong!

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu adalah Merah Putih menjelma jubah kusuk terkoyak membungkus tubuh-tubuh mungil yang menolak buta huruf!

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu adalah nyala lentera bersumbu mimpi yang menerangi raut wajah saat gelap mereka katakan kemiskinan!

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu adalah aksara aksara diatas kertas kusut dengan luka menganga juga mulut terkatup ia masih menulis petakanya sendiri!

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu adalah suara Indonesia Raya yang meraung di rongga telinga tanpa irama-irama nurani!

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu adalah kepak sayap Garuda yang pergi mencari makanan setelah ia kenyang ia lupa pada tangis anaknya!

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu hanyalah perpindahan kekuasaan atas nama sejahtera pada tangan tangan asing pecundang!

Jika kau tanya Merdeka
Maka bagi kami itu adalah butir butir air mata di tepi sabana  gersang ia tumpah sebagai ironi angin rumput.

Jika kau tanya Merdeka
Maka kami menjawab tak ada Merdeka disini! hanya napas yang terpaksa kami pinjam di atas tanah berhutang darah!

Maafkan kami yang tersesat menuju Indonesia Raya!
(Dirgahayu NKRI ke - 72)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline