Lihat ke Halaman Asli

Anthony Giddens

Diperbarui: 7 November 2022   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Biografi Giddens

Giddens lahir 18 Januari 1938, di London. Giddens menyelesaikan gelar sarjananya di bidang sosiologi & psikologi di University of Hull (1959), lalu gelar Masternya di London School of Economics (LSE), dan gelar Ph.D. di King’ College London (1974). Tahun 1961 ia menjadi dosen di University Leicester, lalu tahun 1969 menjadi Dosen sosiologi di University Cambridge, serta menjadi Anggota kehormatan pada King’s College London. Tahun 1985 menjadi Profesor Sosiologi pada University Cambridge, tahun 1997 menjadi Rektor LSE, lalu mendirikan Polity Press, dan menjadi Penasihat Tony Blair. Salah satu karyanya yaitu buku “The Third Way” sangat terkenal, serta menarik perhatian Gerhard Schroeder (Kanselir Jerman) dan Tony Blair (PM Inggris).

Giddens dalam tulisannya yang berjudul dan The Constitution of Society, berisi kritikan terhadap Marx ia mengemukakan bahwa “manusia adalah pembuat sejarah, tetapi mereka tak bisa membuatnya sesuka hati, mereka tak bisa membuatnya berdasar keadaan yang mereka pilih sendiri, melainkan berdasarkan keadaan yang langsung mereka hadapi, diterima, dan dibawa dari masa lalu”. Konsep strukturasi merupakan kritik Giddens terhadap teori fungsionalisme Parsons yang mengatakan sistem memiliki kebutuhan (fungsional), baginya manusia lah yang berkebutuhan. Sedangkan teori Strukturturasi menurut Giddens yaitu manusia memiliki kebebasan penuh untuk membuat & menentukan struktur mereka sendiri.

Pemikiran Giddens

Pemikiran dalam ilmu-ilmu sosial selama ini hanya fokus terhadap dualisme. Padahal hubungan antara pelaku & struktur merupakan relasi dualitas, bukan dualisme. Dualitas terjadi pada praktik sosial yang berulang dan terpola dalam ruang & waktu, yang dilakukan oleh seorang agen (pelaku). Agen adalah pelaku, tindakan, aktor yang menunjuk pada seorang individu, aktor memiliki stock of knowledge untuk memproduksi tindakan mereka.   

Dualitas dalam praktik sosial terletak dalam fakta karena adanya skemata, yaitu sebuah hasil keterulangan tindakan serta sarana untuk praktik sosial, skemata itu disebut dengan struktur. Struktur dalam praktik sosial mengatasi waktu & ruang, serta struktur bersifat memberdayakan, ini berbeda dengan pengertian struktur menurut Durkheim yang bersifat mengekang. Jadi Giddens mengemukakan bahwa dasar dari ilmu sosial menurut teori strukturasi bukan pengalaman individual dari aktor atau bentuk-bentuk kesatuan sosial tertentu, namun praktik sosial yang diatur dalam ruang & waktu. Ada 3 Gugus Struktur yaitu S-D-L, antara lain:

  • Struktur Signifikasi, mencakup skemata penandaan, simbolik, penyebutan, dan wacana.
  • Struktur Dominasi, mencakup skemata penguasaan atas orang (politik) dan penguasaan atas barang (ekonomi).
  • Struktur Legitimasi, mencakup skemata peraturan normatif di dalam sebuah tata hukum.

Jadi relasi dari 3 gugus struktur seperti, kota yang dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan wali kota (Signifikasi). Wali kota memiliki kekuasaan atas warga di sebuah kota (Dominasi). Wali kota memiliki wewenang untuk merancang peraturan daerah (Legitimasi). Lalu Giddens membedakan tiga dimensi internal pelaku, yaitu:

  • Motivasi tak sadar (unconciousness motive) menyangkut keinginan tak sadar pelaku yang mengarahkan pada tindakan, tapi bukan tindakan itu sendiri.
  • Kesadaran diskursif (discursive conciousness) menyangkut kemampuan pelaku untuk merefleksikan tindakannya.
  • Kesadaran praktis (Practical conciousness) menyangkut pada tindakan yang dilengkapi dengan pengetahuan, melalui pengetahuan pelaku melakukan tindakan sehari-hari tanpa harus mempertanyakan kembali apa yang harus dilakukan.

Sistem sosial sebagai sarana dan hasil dari tindakan aktor, yang berulang-ulang dan akhirnya membentuk kebiasaan pada diri seorang aktor. Namun hal tersebut juga bisa mengalami perubahan, seperti yang dikemukakan oleh Giddens perubahan selalu terlibat dalam proses strukturasi, walaupun kecil. Pelaku memiliki kemampuan intropeksi diri dan memiliki sikap waspada, serta memiliki kapasitas memonitor diri sendiri. Pada saat itulah perubahan sedang terjadi lalu perubahan itu terjadi secara luas sehingga terjadi derutinisasi (skemata yang menjadi praktik sosial selama ini tidak bisa lagi digunakan untuk menjadi praktik sosial yang baru). “Perubahan struktur yaitu perubahan skemata agar lebih sesuai dengan praktik sosial yang terus berkembang secara baru” (Giddens). Selanjutnya Giddens mengemukakan bahwasannya modernitas tidak hanya sistem kapitalisme saja, namun ada ciri lainya dalam laju modernitas. Di mana modernitas menurut Giddens memiliki 4 ciri yaitu, yang pertama Kapitalisme (modal produksi, keuntungan, persaingan pasar), lalu Industrialisme (mengubah alam, produksi energi), selanjutnya State Surveillance (kontrol fisik dan mental dari negara modern), dan yang terakhir Militerisme (industri perang).

Kritik Terhadap Giddens

Pemikiran Giddens juga mendapatkan kritik dari beberapa tokoh. Salah satu pemikiran Giddens yang mendapatkan kritik yaitu mengenai teori strukturasi. Meski strukturasi mengatasi kekurangan dalam pemikiran klasik, teori itu bukan jawaban yang memadai bagi pihak yang menantang teori sosial kontemporer. Tokoh yang mengkritik pemikiran Giddens yaitu, Layder, Ashton, dan Sung (1991), menurut mereka dalam studi tentang transisi dari sekolah ke bekerja: “struktur dan tindakan secara empiris saling bergantung secara mendalam, tetapi sebagian otonom merupakan wewenang yang dapat dipisahkan”.  Selanjutnya kritik dari tokoh yang Bernama Ian Craib (1992), menurutnya Giddens terfokus pada tindakan sosial, sebab itu pemikiranya kurang memiliki kedalaman ontologis, dan gagal menerangkan struktur sosial yang melandasi kehidupan sosial. Dan tokoh terakhir yang mengkritik pemikiran Giddens adalah Dietz and Burns, menurut mereka keagenan tidak bisa dilakukan tanpa dukungan realitas fisik dan teknologi, struktur membuat tindakan mustahil dilakukan, serta keagenan dibatasi agen lain yang punya otoritas untuk memberikan sanksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline