Lihat ke Halaman Asli

Jejak Juang Prof. Ismet, "Jangan Tungkat Membawa Rebah"

Diperbarui: 6 September 2018   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Sejak dua tahun lalu saya ingin menulis tentang prof. Ismet Danial Nasution., drg.,PhD.,Sp.Pros(K).,FICD. Kedatanganya sebagai dosen tamu dalam acara kuliah perdana  Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis ( PPDGS ) di Universitas Hasanuddin  22 Agustus 2016  menyisakan kesan yang mendalam. 

Jika pada forum-forum kuliah perihal dunia kedokteran gigi yang lazimnya membahas tema-tema spesialistik, penelitian, bedah kasus ataupun tema tentang kepemimpinan dan manajemen, maka beliau memantik cakrawala berfikir kita  dengan tema yang lebih kontemplatif  yaitu " The philosophy Of Dentistry".

Bukan hal yang mudah memahami aspek-aspek filosofis dunia medis pada umumnya, dan dunia kedokteran gigi khususnya. Dunia medis adalah dunia yang gelap gulita bagi masyarakat non medis, seorang dokter yang bertugas sebagai operator merawat pasien adalah juga sebagai kontrol atas pekerjaanya, karena jika tidak demikian maka dunia medis yang bertujuan menolong itu dapat menjadi berbahaya.

Dalam kuliah yang berlangsung santai tapi serius dikala itu, prof ismet seolah-olah menarik alur berfikir yang pragmatis menuju kearah yang komprehensif dan konstruktif. Bangunan gagasan idealisme dokter gigi dalam era modern yang konon telah difasilitasi oleh teknologi digital, teknologi bahan dan alat kedokteran gigi tiba-tiba harus berhenti dan merenung kembali tentang tujuan setiap perawatan medis yang dokter gigi lakukan.

Tafsiran saya pribadi menyerap makna kuliah singkat itu semakin menegaskan bahwa konsepsi preservasi dan rehabilitasi sejatinya semakin membuka ruang-ruang perubahan pada masa yang akan datang. 

Seorang dokter gigi yang dikatakan berhasil merehabilitasi sistem stomatognasi pasien tentu tidak sekedar merehabilitasi jaringan yang hilang dalam rongga mulut, tapi lebih daripada itu sehingga pasien mendapatkan 3 komponen secara simultan yaitu Fungsi, Fonetik dan Estetik.

Sehingga maraknya penilaian dan pemilihan perawatan rehabilitasi yang berbasis estetik tanpa menjadikan aspek fungsi anatomi secara fisiologis akan menggeser cita-cita luhur kita memberikan perawatan yang tepat.

***

Dalam acara The 2nd Medan International Prosthodontic Scientific Meeting ( Medan Inpro 2018 ) yang berlangsung 30 Agustus 2018 - 1 September 2018 , Prof Ismet meluncurkan buku Autobiografinya " Jangan Tungkat Membawa Rebah ". 

Dalam buku tersebut  7 Sumber Filofosi Kehidupan Prof Ismet sepertinya merupakan landasan kehidupan yang beliau paparkan sebagai penuntun dirinya menjadi pribadi prof. Ismet yang sekarang. Pendidikan Formal, non formal dan Informal yang didapatkan prof ismet sejak kecil sejatinya merupakan ibrah bagi generasi milenial bahwa proses panjang untuk menjadi pribadi yang utuh sungguh tak hanya memetik hasil tapi ada proses yang panjang sekalipun terjal yang akan menjadi pembentuk pribadi yang berkarakter kuat.

Saya membaca testimoni sahabat-sahabat prof.ismet dalam buku itu. Pengalaman dan kemampuan organisasi sejak mahasiswa baik di organisasi intra kampus maupun extra kampus merupakan modal jejaring beliau untuk dikenal sebagai seorang akademisi sekaligus leader. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline