Lihat ke Halaman Asli

Romantisme Pemuda: Sejarah dan Problematikanya

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Soekarno pernah berkata:
" Berikan Aku 1000 orang tua, maka akan aku cabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda maka akan aku guncang dunia"
Indonesia lahir dari penderitaan panjang, sebuah bangsa yang memiliki sejarah kepedihan, sebuah bangsa yang konon ratusan tahun mengecap penjajahan kolonial. Sebuah negeri yang harus kehilangan banyak kesempatan, rasa keamanan, kesejhateraan dan perasaaan bebas dari tekanan bangsa lain. Bahkan bangsa ini telah memiliki umur yang begitu muda untuk dikatakan bangsa yang merdeka jika dibandingkan dengan kurun waktu terjajah.
Tanggal 26- 28 Oktober 1928, di jakarta ( Batavia) berkumpullah berbagai pemuda dari berbagai daerah: Jawa ,Sulawesi, maluku, papau,kalimantan dan lain-lain untuk secara sadar bangkit menciptakan momentum kesadaran. Indonesia harusa bangkit melawan penjajah atas nama satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa. Tiga penggalan kata maha dasyat itu lahir dari nalar idealisme seorang Muhammad Yamin, yang tentu saja disambut gegap dan semangat menggelorah dari pemuda lainnya, bahwa atas nama satu bangsa, tanah air dan bahasa Indonesia, negeri ini bisa bangkit merebut kemerdekaan.
Selanjutnya, sejarah kemudian mencatat bahwa usai kongres pemuda itu, Indonesia semakin genjar melakukan perlawanan, mereka terus melakukan upaya-upaya sistematis, tidak hanya melakukan perlawanan senjata tapi juga tekanan-tekanan baik melalui perundingan internasional maupun upaya politik lnternasional.
Tan Malaka pernah berujar : harta yang paling mewah bagi seorang pemuda adalah idealisme. Ideliasme untuk keluar dari ketertindasan, ketidakadilan, dan rasa penderitaan. Itulah sebabnya sebagai tokoh kharismatik, soekarno tak pernah ragu, bahwa 10 pemuda yang dimaksud adalah sebuah simbolisasi betapa dasyat kekuatan para pemuda. Pemuda bagi bangsa ini adalah lokomotif perubahan.
Soe Hok Gie pernah mengutip pepatah yunani: "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua adalah mati muda, yang tersial adalah berumur tua, berbahagialah mereka yang mati muda" . Secara simbolik Demikian potensi pemuda adalah labirin romantisme pergerakan, di tangan mereka yang masih muda akan lahir sebuah ide dan ideologi,nasionalisme. Di benak mereka boleh jadi ada jutaan kreativitas, prestasi dan seterusnya.
Walau akhirnya seorang Gie benar-benar mati muda di telan asap kuning beracun semeru, tapi tak ada yang meragukan idealisme dan keindonesiaanya.
Kelompok Cipayung dan Peran Pemuda Masa kini
Indonesia sejak dulu memiliki banyak potensi kepemudaan , seperti kelompok cipayung ( HMI, GMKI, PMKRI, IMM, GMNI,PMII ) , juga KNPI dan berbagai macam organisasi kepemudaan yang tersebar di negeri ini. Kita memiliki realitas jumlah simpul-simpul kepemudaan yang tak sedikit. Dengan beragam potensi yang mereka miliki, Indonesia bisa lebih maju dari bangsa-bangsa lain.
Lalu, ketika Indonesia masa kini masih berada pada level berbagai macam transisi: demokrasi, ekonomi, politik dan sebagainya. Kemanakah peran pemuda tersebut? . Kita mengalami kondisi yang gamang ketika pada suatu sisi pemuda pemudi ini terkadang muncul dengan prestasi gemilang, walau itu hanya terjadi di beberapa tempat. Sementara di sisi lain masih banyak pemuda yang tak bisa bangkit dan memahami peran-peran keindonesiaanya.
Bahkan kita miris menyaksikan para pemuda justru menjadi bandar narkoba, balapan liar, dan pada akhirnya menjadi pengisi daftar pangangguran di statistik kependudukan. Berapa banyak Pemuda yang berani menjadi guru dan mengajar di pedalaman atau daerah-daerah terpencil? Berapa banyak pemuda yang bersedia meniti sebuah cita-cita walau harus menderita? Berapa banyak pemuda yang memberi inspirasi kepada generasi dibawahnya.
Mungkin kerap kali kita hanya menyaksikan para pemuda kita justru terjerambab dalam sebuah zona pergaulan yang konsumtif, hedon, dan hari-hari hidupnya hanya di isi oleh gosip, fasion, sosialita, dan seterusnya.
Kita tak pernah bisa membayangkan akan seperti apa nasib sebuah bangsa jika pemudanya hanya lahir dan tumbuh sebagai penonton di tengah masa depan yang penuh kompetisi untuk berkembang.
Tentu saja pemuda di masa kini membutuhkan kemampuan adaptable. Bagaimana mentransformasi spirit kebangsaan sumpah pemuda menjadi konkret di lingkungan masing-masing. Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan positif,memiliki kreativitas, optimisme dan tentu saja berani bercita-cita melampui zaman atau para pendahulunya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline