Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan seorang kakak untuk adiknya

Diperbarui: 17 Januari 2025   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Langkah kaki terdengar berat di tengah hujan yang terus mengguyur. Di sudut ruangan, seorang pemuda, Raka, tengah memeriksa adik perempuannya. "Sedang apa, Dik? Kenapa kamu seperti orang yang kebingungan?" tanya Raka, membuka pintu kamar adiknya.

Rini menggeleng sambil tersenyum lembut. "Minggu depan aku ujian. Tapi bagaimana dengan biaya sekolah yang belum dibayarkan?"

Raka hanya diam, menunduk. Ia tahu bahwa meskipun ia sudah bekerja keras setiap hari, ia belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan mereka. Kehidupan mereka tidak mudah sejak kehilangan orang tua setahun yang lalu. Raka tidak bisa menjanjikan banyak hal, tetapi ia juga tidak ingin adiknya merasa putus asa. "Jangan khawatir, Rini. Kakak akan usahakan," jawabnya, meski hatinya berat.

Keesokan harinya, setelah memastikan Rini sedang tidur nyenyak, Raka pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan tambahan. Dalam hujan deras yang tak kunjung reda, ia mencari tempat yang membutuhkan tenaga. Ia akhirnya tiba di sebuah toko elektronik yang sedang membutuhkan tenaga untuk membantu memindahkan barang-barang.

"Pak, apakah Anda membutuhkan bantuan untuk mengangkut barang?" tanya Raka dengan penuh harap.

Pemilik toko, seorang pria paruh baya, melihat penampilan Raka yang basah kuyup. Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Kamu bisa membantu kami mengangkat barang-barang ini ke gudang belakang. Kalau bisa, bantu sampai barang-barang ini teratur, dan kami akan memberi upah."

Raka merasa sedikit lega. Meskipun pekerjaan ini berat, ia tahu ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan uang yang cukup bagi biaya sekolah Rini. Ia pun bekerja dengan keras, mengangkat kotak-kotak elektronik yang berat dan menatanya dengan rapi di ruang belakang toko. Tubuhnya sudah lelah, namun ia tidak boleh menyerah. Setiap detik yang berlalu, hanya satu yang ada dalam pikirannya: memastikan adiknya bisa melanjutkan sekolah.

Setelah beberapa jam, pekerjaannya selesai, dan pemilik toko memberi upah yang cukup untuk menutupi sebagian biaya sekolah Rini. Raka merasa lega, namun rasa lelah itu masih membebani tubuhnya. Ia membawa uang itu pulang dengan hati penuh syukur. Ketika tiba di rumah, ia mendapati Rini sedang duduk di meja belajar, memandangi buku-bukunya dengan wajah cemas.

"Rini, ini uang untuk biaya sekolahmu. Kakak sudah berusaha semaksimal mungkin," ujar Raka, seraya menyerahkan uang itu.

Rini menatap kakaknya dengan mata berbinar. Ia tahu betul betapa keras kakaknya bekerja, bahkan sering kali pulang dengan tubuh yang kelelahan. Namun, melihat tekad Raka, ia merasa terharu dan tak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa terima kasihnya.

"Kak, aku tidak tahu harus berkata apa. Terima kasih. Aku akan belajar dengan giat agar bisa membanggakanmu," kata Rini, suara penuh haru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline