Rasa sukaku yang tanpa sebab kepada Tya ini perlahan-lahan menjadi rasa sayang dan rasa peduli, entah sejak kapan perasaan ini muncul. Di saat aku mulai menikmati rasa ini, terbesit suatu pertanyaan besar buatku, apakah dia juga merasakan hal yang sama? apakah dia tahu kalau aku benar-benar care dengannya dan mulai ada rasa sayang? Aku harus mengenalnya jauh lagi.
Bulan juli ini membuatku benar-benar sibuk. Tugas sebagai penyelenggara pemilu divisi data tiada henti diberikan oleh komisioner tingkat kota. Lembur pun seakan menjadi aktivitas rutinku. Tapi, ku nikmati saja segala prosesnya.
Penyelenggara pemilu divisi data dimana aku belajar memiliki tim yang super solid dan paket lengkap. Yap, kami berempat belas saling melengkapi satu sama lain. Dengan demikian, aku tidak lagi merasakan ketakutan akan kegagalan karena aku masih pemula dan anak baru. Enumerator adalah nama yang diberikan mas nurbuwono salah satu senior tim data untuk divisi data tahun ini. Kami bersama Bu Nur,ibunda kami di kantor dan Lucky, ketua kelas (hasil voting Enumerator) berjuang bersama-sama untuk melakukan pemutakhiran data pemilih yang memiliki tantangan yang cukup menguras segalanya baik fisik maupun batin. Kesibukanku ini membuat waktuku untuk dekat dengan Tya semakin susah,walaupun chatting melalui whatsapp rutin.
Data seakan menjadi santapanku sehari-hari. Di sela-sela aktifitasku melakukan entry data, entah darimana datangnya terbesit sebuah pertanyaan yang sedikit menggangguku, Apa Tya sudah punya pacar ya jangan-jangan?"
Konsentrasiku terbuyarkan, muncul perasaan bimbang di dalam benakku. Maklum saja, aku pernah merasakan patah hati yang hebat dan cukup menyakitkan sehingga mungkin memunculkan sedikit trauma. "Ah...sial kenapa pertanyaan ini membuatku menjadi gelisah?" Ingin rasanya aku berhenti untuk chatting dengan dia, tapi susah sekali untuk dilakukan. Aku mencoba untuk mengorek informasi dari si Nudi sahabatnya. Dari jawabannya lewat chat, aku merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh Nudi. Sebuah teka-teki yang membuatku semakin penasaran. "Aku harus tau sendiri dari Tya." kataku dalam hati.
Ternyata benar, 10 menit kemudian Tya ngechat aku. Dia bertanya bagaimana sikapku andaikata cewekku itu masih mengharapkanku tapi terganjal restu orang tua, dan bagaimana sikapku jika datang cewek lain yang suka denganku. What, pertanyaan macam apa ini. Jantungku semakin berdebar, nafasku semakin kuat dan yang lebih parahnya, aku merasa marah dan cemburu. Ya... Aku cemburu, dan entah bagaimana aku merasakan cemburu dan mulai merasakan sakit. Tapi, aku harus menjawab pertanyaan tersebut dengan rasional sudut pandangku dengan mengabaikan rasa cemburuku yang mendadak keluar ini. Aku pancing dia dengan berbagai macam pertanyaan, sampai akhirnya dia menjawab kalau dia juga bimbang ingin move on masih susah.
Jleb... sakit hati ini rasanya. Aku mulai down, ku tutup laptopku dan langsung keluar ruangan untuk menghisap aroma vape biar aku tenang.
"Kenapa kok mukamu ditekuk gitu?" tanya Lucky. " Gakpapa mbak, cuma sedikit capek aja dari tadi mantengin laptop terus hehehe.." jawabku. Dia hanya menyahut "O" saja lalu berjalan masuk ke ruangan lagi.
Bingung,bimbang,cemburu,sakit menyerangku dan aku tidak siap untuk mengalami ini lagi. Aku harus minta saran si Nudi. Aku chat dia, aku ungkapin semuanya agar aku bisa tahu aku harus melakukan apa, apakah aku harus berhenti, ataukah aku melanjutkan dengan rasa patah hati.
Jawaban yang ku tunggu pun datang juga, Nudi menyarankanku untuk lanjut dengan kesabaran, biarkan Tya menyelesaikan masa lalunya dia dulu. Aku kembali bertanya bagaimana peluangku, dia tanya menurut dia peluangku cukup besar, tapi tergantung kesabaranku menghadapi Tya.
Hatiku bergejolak kembali, pikiranku dengan data dan deadline berubah menjadi pertanyaan truth or dare, kejujuran atau tantangan. Kalau boleh jujur aku ingin mengakhiri ini semua, tapi aku juga gak bisa berhenti begitu saja karena perasaanku ke Tya sudah berubah menjadi rasa sayang, walaupun Tya masih cuek dan seakan gak peduli dengan apa yang aku rasakan.