Miris rasanya ketika aku membaca surat kabar tentang jogja yang tak lagi berhati nyaman.
Konflik,kerusuhan melecut di kota dengan peringkat ketiga sebagai kota ternyaman huni di Indonesia.Mulai dari konflik antara rakyat dengan pemerintah,sampai konflik yang bersifat kesukuan.Entah siapa dalang dibalik semua ini aku tidak tahu.
Belum selesai masalah maraknya aksi premanisme jalanan yang berujung dengan pembegalan dan pengeroyokan yang mengancam pengendara jalan ketika melintasi jalanan pada malam hari,Jogja kembali menjadi topik yang hangat di media baik media berita online dan cetak maupun di media sosial seperti facebook.
Yang terbaru adalah kerusuhan yang terjadi di seputaran jalan kusumanegara dimana jalan tersebut terdapat asrama mahasiswa teman-teman pendatang yang berasal dari Papua.Asrama tersebut diserang oleh sekelompok ormas karena mahasiswa pendatang tersebut disinyalir tengah merayakan hari kelahiran OPM dan mengibarkan bendera berlambang bendera kejora sehingga membuat jalan tersebut ditutup sementara oleh Polisi.Wartawan saling berebut berita untuk menjadikan bahan "jualan" medianya,bermacam-macam judul yang sangat kontroversial bermunculan di media online maupun cetak,bahkan berita tersebut bisa menjadi bahan fitnah yang dapat berbuntut perpecahan.
Tak sampai disitu,teman-teman papua yang sedang menempuh studi di beberapa kampus di jogja mengancam akan mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya.Kejadian ini sebetulnya sudah beberapa kali terjadi.Ormas tersebut menganggap teman-teman dari Papua ini hanya mengacau dan membuat keributan di Jogja seperti mabuk miras di pinggir jalan,melakukan pengrusakan dan pengeroyokan hingga tidak mematuhi peraturan jalan raya dengan tidak menggunakan helm.Para Ormas ini mengaku sebagai perwakilan dan penyambung lidah masyarakat jogja yang resah dengan kehadiran teman-teman dari wilayah Indonesia timur.
Kejadian tersebut sangat mengganggu bahkan dapat merusak citra kota Jogja sebagai kota dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia.Mungkin karena laju urbanisasi yang tidak dapat ditekan sehingga masih banyak warga pendatang yang berbondong-bondong tinggal di Jogja dengan membawa kebiasaan di kampung halamannya yang tidak sesuai dengan adat istiadat di Jogja yang telah lama dilestarikan bahkan sejak jaman kerajaan mataram kuno masih berdiri.
Jogja makin sesak dirasakan,hotel-hotel baru banyak bermunculan padahal Pemerintah kota sendiri sudah menetapkan status penghentian ijin pendirian hotel.Kejadian ini semakin panas timbul di permukaan,dengan adanya isu keterlibatan para keluarga kraton jogjakarta pada pemberian ijin pendirian hotel baru, sehingga banyak investor yang saling berebutan untuk menarik simpati keluarga kraton dan ingin berhubungan secara akrab sehingga bisa dengan mudah dan leluasa untuk mengembangkan proyeknya.Dengan membawa nama keluarga Kraton,para investor tersebut bisa dengan mudah mendapatkan ijin yang sebetulnya sudah dilarang.
Dengan membawa nama keluarga Kraton,mereka dengan mudah mendapatkan lokasi yang strategis untuk membangun sebuah hotel ataupun restauran yang mewah.Salah satu cara pendekatan para investor nakal ini dengan keluarga kraton adalah dengan cara pemberian saham di perusahaannya,ataupun pemberian jabatan sebagai Dewan Komisaris Perusahaan,dengan begitu mereka merasa aman berinvestasi di Jogja ini.Siapa yang berani menggugat kalau ada nama keluarga kraton di perusahaannya?Kami warga biasa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil mengelus dada
Oalaaaah...Jogjaku sekarang seperti ini,mencoba untuk menjelma sebagai kota metropolitan,Kota yang dulunya dicap sebagai kota paling katrok karena pembangunan lambat dan tidak modern,kini lambat laun menjadi kota metropolitan dengan hotel-hotel yang tinggi-tinggi dan Mall yang sangat modern.Kota yang dulunya banyak taman untuk bermain dan berinteraksi oleh masyarakat kini mulai berubah menjadi bangunan.
Bangunan Cagar budaya banyak yang berubah fungsi menjadi restauran,cafe,maupun hotel.Warga jogja mulai merasakan banyaknya air genangan ketika musim hujan tiba,warga jogja juga mulai merasakan susahnya cari air saat musim kemarau datang.Di jalan raya,warga jogja juga mulai merasakan macet layaknya jalanan di ibu kota dengan banyaknya kendaraan yang masuk di kota jogja.Yang paling parah,Jogja kembali kehilangan penghargaan adipura sebagai kota terbesih di Indonesia.
Entah yang salah siapa...Entah...