Labuan Bajo, NTT - Pulau Komodo, salah satu ikon pariwisata Indonesia yang terkenal dengan kadal purba raksasa bernama Komodo, sering menjadi sorotan karena isu penutupan yang kontroversial. Keputusan tersebut diambil sebagai bagian dari upaya konservasi alam, tetapi juga menuai pro dan kontra, terutama dari pelaku industri pariwisata.
Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengumumkan rencananya untuk menutup Pulau Komodo selama satu tahun. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap perburuan liar dan kerusakan lingkungan di pulau tersebut.
Pulau Komodo, yang terletak di Taman Nasional Komodo, menjadi rumah bagi sekitar 5.700 ekor Komodo, spesies kadal terbesar di dunia. Popularitasnya sebagai destinasi wisata internasional telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, namun dampak pariwisata yang meningkat juga meninggalkan bekas yang signifikan.
Langkah penutupan ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi pulihnya ekosistem dan memperkuat upaya konservasi. Selama penutupan, akses wisatawan akan dibatasi, dan aktivitas lainnya yang berpotensi merusak lingkungan juga akan dihentikan sementara.
Organisasi lingkungan dan para ahli konservasi menyambut baik keputusan ini sebagai langkah yang diperlukan untuk melindungi keberlanjutan ekosistem Pulau Komodo. Mereka berharap penutupan ini akan memberikan ruang bagi pemulihan alam dan menunjukkan komitmen Indonesia terhadap konservasi satwa liar
Meskipun banyak pihak yang mendukung langkah ini sebagai bentuk tanggung jawab terhadap alam, terdapat pula kelompok yang menentangnya, terutama dari kalangan pelaku industri pariwisata. Mereka khawatir bahwa penutupan ini dapat merugikan perekonomian lokal, yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Beberapa pengusaha lokal mengutarakan kekhawatiran mereka terkait hilangnya pekerjaan dan pendapatan akibat penutupan ini. Mereka mendesak pemerintah untuk mencari solusi yang seimbang antara konservasi dan pembangunan ekonomi.
Proyek pembangunan pariwisata besar-besaran seperti Geopark ‘Jurassic Park’ dii Pulau Rinca pum sempat mangkrak beberapa tahun karena isu penutupan ini juga serangan dari COVID 19. Kini di tahun 2023 setahun setelah peresmiannya oleh Pak Jokowi, Geopark Loh Buaya di Pulau Rinca sudah berjalan. Wisatawan dapat berkunjung menikmati pengalaman dekat dengan sang ‘dinosaurus’ secara aman. Fasilitas yang disediakan pun sudah lengkap. Dengan bangunan yang berkonsep elevated deck, memungkinkan pengunjung untuk tidak berpapasan langsung dengan sang komodo sehingga tidak menggangu habitatnya. Di bangunan tersebut pula, terdapat museum yang menginformasikan berbagai seluk-beluk informasi mengenai komodo mulai dari jumlah, persebaran, hingga timeline sejarah komodo. Selain itu, ada juga berbagai informasi mengenai flora dan fauna lain yang tak kalah menarik di pulau Rinca.
Dari pelabuhan Loh Buaya, wisatawan dapat menggunakan jembatan penghubung ke fasilitas-fasilitas penunjang terpadu lain seperti Café Ranger, UMKM lokal yang teratur, guest house, dan kolam satwa. Trend wisata di kawasan ini berjalan positif, namun kurangnya media coverage banyak memunculkan opini opini negatif tentang kemajuan pariwisata di pulau ini. Terdapat laporan positif seperti peningkatan berat badan para komodo menjadi sebuah angin segar dibalik buruknya berita pembangunan kawasan ini. Pemerintah berjanji untuk bekerja sama dengan semua pihak terkait, termasuk pelaku industri pariwisata, untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan. Meskipun isu-isu penutupan Pulau Komodo dengan segala alasannya menuai kontroversi, banyak yang berharap bahwa langkah ini akan menjadi landasan untuk kebijakan konservasi lebih lanjut di seluruh Indonesia, menjaga keberagaman hayati yang kaya di negara ini.
Pulau Komodo, dengan keunikan dan keindahan alamnya, tetap menjadi fokus perhatian dunia, baik dalam konteks pariwisata maupun konservasi. Bagaimanapun juga, langkah-langkah yang diambil saat ini akan membentuk masa depan pulau ini dan mungkin menjadi teladan bagi upaya konservasi flora dan fauna global di masa mendatang.