Penggunaan gadget merupakan hal penting bagi kehidupan saat ini, akan tetapi penggunaan gadget berlebihan membuat perkembangan kognitif, emosi dan perilaku anak berubah, ada beberapa seminar yang saya ikuti berkaitan dengan pengaruh gadget pada anak . salah satunya yang diadakan oleh PIR Perdosari Jateng yang berjudul SEMINAR AWAM
"Pengaruh Gadget Addiction terhadap Gangguan Komunikasi pada Anak" materinya cukup lengkap dan disampaikan oleh dokter dan psikolog yang komputen dibidangnya , bahwa penting membatasi pengunaan Gadget pada anak (Screen Time) , jika tidak akan terjadi gangguan pada anak tesebut
Ditempat saya bekerja di Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusi ,beberapa anak balita mengalami ganggunan perkembangan diantaranya speak deley (keterlambatan bicara) karena penggunaan gadged secara berlebihan dan pada akhirnya harus menjalani terapi rutin agar anak tersebut bisa berbicara seperti anak normal lainya, sulit memang tapi itu harus dilakukan demi masa depan anak yang lebih baik.
Diartikel ini saya mengajak orang tua untuk peduli terhadap Kesehatan mental anaknya, mulai dari bayi hingga iya tumbuh menjadi remaja, penting bagi orang tua untuk mengetahui dampak buruk dari penggunakan gadget secara berlebihan pada anak dan bagaimana caranya kita bisa mencegah , mengurangi dampak buruknya , demi masa depan yang lebih baik.
Di website alodokter dengan tema Berapa Jam Waktu Ideal Anak Gunakan Gadget Setiap Hari?
Para ahli menyarankan waktu maksimal anak mengakses gadget atau screen time adalah 1--2 jam per hari. Berikut ini adalah durasi anak main gadget yang disarankan berdasarkan usianya:
- Anak usia di bawah 2 tahun disarankan sama sekali tidak diberi akses pada gadget. Jika benar-benar diperlukan, anak usia di atas 1,5 tahun dapat mengakses gadget dengan didampingi orang tua dan tidak lebih dari 1 jam per hari.
- Anak usia 2--5 tahun disarankan mengakses gadget hanya 1 jam per hari, itu pun sebaiknya program yang berkualitas.
- Anak usia 6 tahun ke atas boleh bermain gadget, tapi dengan waktu yang sudah disepakati bersama orang tua, misalnya hanya pada akhir pekan atau maksimal 2 jam per hari.
Begitu pula remaja yang sudah memasuki usia puberitas mereka juga rentan terhadap pengaruh buruk gadged, mereka harus dibimbing agar bisa mengelola gadged secara bijak , jangan sampai gadged yang gunakan hanya habis pada hal hal yang tidak bermanfaat.
Jika kita mengikuti berita Erova , beberapa negara erova aktif untuk mengurangi dampak buruk gadget bagi remaja , diantaranya Pemerintah Swedia berupaya mengurangi waktu penggunaan perangkat digital pada remaja karena dampak buruknya pada kesehatan fisik dan mental mereka. Undang-undang baru akan melarang akses perangkat digital di sekolah, ini justru mengoreksi kebijakan mereka sendiri yang pada tahun 2017 Swedia bertujuan meningkatkan kompetensi digital, justru sekarang malah membatasi dan mengurangi. Di Indonesia banyak sekolah yang melarang siswa untuk pengunaan smartphone pada saat sekolah salah satu contohnya adalah SMPN 2 Kota Tasikmalaya , tujuannya adalah untuk merubah pola hidup remaja di sekolah , mengurangi ketergantungan dengan smartphone dan meningkatkan konsentrasi siswa belajar dan komunikasi antar siswa, dari beberapa komentar siswa mereka jadi lebih konsentrasi belajar, komunikasi dengan siswa lainya juga lebih baik , perpustakaan juga lebih aktif dan olahraga , pemainan tradinasional jadi pilihan mereka. Tentunya ini sangat berdampak positif bagi perkembangan kognitif , emosional dan fisik mereka.
pennaan smartphone tentu berbeda pada setiap tingkatan umur anak, saya kali ini membahas pada anak sekolah dasar dan tingkat SMP dan SMA yang sudah memahami aturan . Kembali pada tanggung jawab orang tua terhadap anaknya berkaitan dengan pengunaan gadget -- smartphone tersebut. Orang tua punya peran besar untuk mengarahkan dan mendisiplinkan anaknya berkaitan dengan pengunaaan smartphone , adapun hal hal yang bisa dilakukan orang tua diantaranya :
- hal pertama yang dilakukan orang tua adalah sadar akan dampak buruk pengunaan smartphone secara berlebihan, anak jadi susah berkonsentrasi untuk belajar , adanya perasaan cemas dan perubahan prilaku pada anak.
- hal kedua ,orang tua harus mampu memberi contoh yang baik berkaitan dengan pengunaan smartphone , orang tua juga harus bisa membatasi dirinya, harus bisa mengajak komunikasi dengan anak, contoh dosen psikologi saya bercerita tentang orang tua yang tidak mengunakan smartphonenya setelah pulang selama kurang lebih satu jam dan digunakan untuk berkomunikasi dengan anak dan hasilnya anak lebih baik, apalagi lebih dari satu jam.
- hal ketiga adalah mengetahui caranya bagaimana mengantisipasinya , bisa dengan membaca informasi ataupun berkonsultasi langsung dengan tenaga profesional seperti psikolog yang memahami hal ini jika itu diperlukan,
- hal kempat orang tua harus membuat aturan yang jelas berkaitan dengan penggunaan gadget -smartphone , jika anak tersebut sudah remaja, ajak mereka berdiskusi, sampai mereka sadar akan dampak buruk pengunaan smartphone secara berlebihan dan ingat aturan itu tidak hanya berlaku bagi anak tapi juga orang tua
- hal kelima , orang tua harus mampu mencarikan aktifitas yang tidak berhubungan dengan smartphone seperti olah raga, belajar bahasa, membaca buku dan lain lain, jika hal kelima ini mampu dilakukan secara berangsur angsur ketergantungan dengan smartphone akan semakin berkurang.
Segala sesuatu butuh usaha dan perjuangan, untuk masa depan anak yang lebih baik, InsyaAllah setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, ingat semua anak itu punya potensi , jangan sampai potensi baik anak justru berkurang karena dampak buruk gadget-smartphone.
Referensi :