Lihat ke Halaman Asli

Dengan Kekuatan Koalisi Besar Prabowo-Hatta Menuju Pilpres

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini rakyat Indonesia menuai hasil panen melimpah dari penantian panjang sejak Pileg berlalu lalu mengenai teka-teki siapa pasangan Capres-Cawapres yang bakal berkompetsi pada 9 Juli mendatang. Setelah Pasangan Jokowi-Kalla mendeklarasikan diri, Pasangan Prabowo-Hatta juga menyusul mendeklarasikan diri. Pasangan Prabowo-Hatta didukung oleh enam Parpol, yakni, Partai Gerindra, PPP, PAN, PKS, PBB, Dan Partai Golkar.

Prabowo yang dinilai memiliki kepribadian tegas dinilai cocok dengan Hatta yang merupakan tokoh yang sangat berpengalaman. Hatta setidaknya sudah pernah memegang jabatan-jabatan strategis di level nasional, seperti, Menteri, Sekjend PAN, dan Ketua Umum PAN. Dari seluruh Parpol yang mengusung Prabowo sebagai Capres, Hatta memang yang paling memiliki peluang besar. Selain suara kursi PAN yang termasuk lima besar di Parlemen, juga Hatta yang paling memenuhi syarat.

Cawapres yang diajukan oleh PPP yang tak lain adalah Surya Dharma, Cawapres yang diajukan PKS Gubernur Jawa barat Aher, tentu tidak mungkin bisa menjadi pendamping Prabowo karena terganjal peraturan. Sedangkan dibandingkan denganAnis Matta dan Hidayat, Hatta dinilai masih lebih “layak”karena pengalamannya di bidang pemerintahan lebih panjang. Dengan deklarasi tersebut secara tersurat maupun tersirat pasangan Prabowo-Hatta siap bersaing dengan Pasangan Jokowi-kalla. Dari putra-putra terbaik Indonesia saat ini tersebut siapakah yang akan berhasil memenangi kompetisi pada Pilpres nanti? Jawabannya ialah berada di tangan konstituen pada 9 Juli 2014.

Sebagai salah satu dari jutaan rakyat Indonesia saya berharap siapapun yang menang nantinya bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, bukan justru sebaliknya. Selain itu kedua pasangan juga diharapkan memegang teguh adagium Jawa “yen menang ora umuk, yen kalah ora ngamuk. Yang tidak kalah penting ialah semoga seluruh Juru Kampanye, Kader & Simpatisan (termasuk grassroot) tidak melakukn kampanye hitam karena selain hina, meminjam kalimat-Budiarto Sambazy-kampanye hitam di negara demokrasi yang masyarakatnya terbuka seperti Indonesia justru bisamemukul balik (kembali) ke kubu politik yang diduga melancarkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline