Lihat ke Halaman Asli

Setelah Pesta Usai: Catatan Paska Pemilukada Jakarta

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak Ada pesta yang tidak berakhir, tidak ada euphoria yang tidak berujung. Nah, setelah pemilukada DKI Jakarta usai dan pemenangnya sudah diketahui (walau masih berupa hitungan versi quick count), kini saatnya menata langkah ke depan bagi sang pemenang.

Sebagaimana pesta meninggalkan berjibun sampah, kesemrawutan, “kekotoran” dan berbagai ketidaktertiban, maka sekarang tiba giliran Jokowi-Ahok untuk membereskan semua itu.

Saya mencoba membuat beberapa catatan tentang hal-hal penting yang sebaiknya diprioritaskan Jokowi-Ahok untuk segera diimplementasikan.

Pertama, tentu Kartu Jakarta sehat dan Jakarta pintar harus segera direalisasikan.

Kenapa ke dua kartu ini yang harus didahulukan ? Karena itu menyangkut hajat hidup orang banyak! Rakyat miskin jakarta butuh kedua kartu itu untuk menjamin kehidupan mereka yang lebih baik dan manusiawi.

Ke dua, pengerukan kali dan penataan ulang drainase Jakarta.

Ini mendesak juga dilakukan, karena menurut prediksi BMKG bulan oktober ini musim hujan akan datang. Dan bencana tahunan, berupa banjir sudah ada di depan mata. Jokowi-Ahok harus bekerja ekstra cepat untuk membenahi segala sesuatu yang bisa membendung banjir tidak menggenangi Jakarta.

Ke tiga, silahturahmi ke pemimpin daerah BODETABEK.

Jakarta tidak mungkin membangun sendirian, ia harus melibatkan daerah-daerah penyangganya. Oleh sebab itu komunikasi dengan kepala daerah di sekitar Jakarta harus segera direalisasikan, agar pembanguan yang terpadu dan satu atap bisa direalisasikan sehingga efeknya akan sangat efisien.

Ke empat,pembenahan birokasi pemprov DKI Jakarta.

Kita semua tahu pemprov DKI Jakarta ditengarai sebagai pemprov dengan tingkat korupsi tertinggi di Indonesia. Korupsi di sana bukan lagi korupsi individual tetapi sudah berjamaah. Oleh sebab itu Jokowi-Ahok harus segera membenahi semua itu dengan menerapkan system baru yang bisa mengeliminir kebocoran-kebocoran anggaran.

Selain itu Jokowi-Ahok juga secara gradual harus membenahi mental para birokrat pemprov DKI Jakarta agar memiliki mind set sebagai pelayan public dan bukan penguasa public!

Jokowi terbukti mampu melakukan pembenahan itu dengan manis di Solo, semoga ilmu itu bisa ditransfers ke Jakarta.

Ke lima, Jokowi harus segera mengeksekusi rencana penyediaan transportasi massal

Dalam berbagai kesempatan Jokowi sering mengatakan bahwa rencana sistem transportasi massal di Jakarta entah berupa MRT atau monorel atau railbus, sebenarnya sudah ada, yang kuranghanya keberanian untuk melakukan eksekusi rencana itu.

Jokowi adalah tipe eksekutor jempolan, maka saya yakin ia tidak akan ragu-ragu untuk segera melaksanakan apa yang sudah bertahun-tahun di rencanakan.

Ke enam, Silaturahmi ke DPRD DKI Jakarta.

Ini tidak bisa disepelekan, sebab mereka berpotensi menjegal kinerja Jokowi-Ahok. Dengan mayoritas anggota DPRD Jakarta berasal dari partai pendukung Foke, Jokowi dengan “sihir” pendekatan ala Jawanya harus mampu membangun komunikasi dan relasi yang akrab dengan mereka.

Untungnya Jokowi memiliki ilmu itu. Ia bahkan pernah berujar bahwa melakukan pendekatan yang humanis adalah spesialisasinya. Kalau pedagang PKL yang notabene berpendidikan rendah saja mampu dia taklukan apalagi anggota dewan berpendidikan tinggi yang rasional, pasti lebih mudah ditaklukannya.

Ke tujuh, Jokowi harus segera memikirkan untuk membangun stadion baru bagi persija.

Setelah resmimenjadi gubernur Jakarta, maka otomatis Jokowi akan menjadi bapaknya “The Jack Mania.” Yang perlu digarisbawahi The Jack Mania berkekatan sekitar 40-50 ribu anggota. Ini menjadi kekuatan yang potensial untuk dirangkul Jokowi. Bagi masyarakat kelas bawah sepak bola sudah menjadi ibarat agama ke dua. Oleh sebab itu dengan membangun stadion baru buat Persija, maka Jokowi sebenarnya sedang memenuhi salah satu kebutuhan psikis masyarakat Jakarta akan sebuah identitas diri dan kebanggaan diri dalam bentuk konkret sebuah stadion baru yang megah dan berstandar internasional.

Ke delapan, Jokowi harus merangkul ormas-ormas yang cederung anarkis.

Tidak menutup kemungkinan ormas anarkis yag selama ini diidentikan sebagai pendukung Foke-Nara akan berulah paska kekalahan Foke-Nara. Ini bisa ditengarai sebagai sebentuk balas dendam karena kekalahan dalam pilkada. Oleh sebab itu Jokowi harus mendekati mereka dan melakukan penyadaran akan pentingnya menjaga keamanan Jakarta untuk kepentingan bersama. Bahkan Jokowi juga harus memikirkan berbagai kesempatan kerja untuk mereka, sebab ditengarai premanisme sebenarnya bersumber dari kebutuhan perut semata!

Catatan saya ini pasti belum lengkap, mungkin ada teman-teman kompasianer yang mau menambahi ?

Akhirulkalam saya secara pribadi ingin mengucapkan, selamat datang gubernur baru, selamat datang Jakarta baru, selamat datang harapan baru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline