Lihat ke Halaman Asli

Jokowi hanya Pindah Kantor

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rentetan tembakan anak panah sampai peluru mitraliur langsung mengarah ke Jokowi begitu berita pencapresannya yang heroik di “Rumah perjuangan” si Pitung terekspos ke media.

Kalau dicermati serangan itu bisa dibagi menjadi dua kelompok besar.

Pertama, serangan membabi buta.

Ini dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang yang menuduh Jokowi macem-macem tanpa landasan data yang factual.

Jokowi agen fremansory, Jokowi sebenarnya keturunan China (cino ireng ha..ha..ha.. ) sampai Jokowi diback up oleh gerombolan konglomerat hitam dan seterusnya.

Tuduhan atau lebih tepat hasutan seperti ini menurut saya tidak usah ditanggapi. Kalau kita tanggapi, kita akan jadi sama “gilanya” dengan para demagog yang sarkastis tersebut. Bisa jadi tuduhan tak mendasar itu merupakan sebentuk proyeksi gangguan kejiwaan akibat stres akut dikarenakan cita-cita dan impian yang telah dipendam lama bakal tidak kesampaian. Ini ibarat raungan putus asa “pungguk merindukan bulan.”

Tuduhan seperti itu lebih baik ditanggapi sebagai lelucon “badut-badut konyol” yang sedang menghibur kita agar tidak terimbas panasnya tensi menjelang pileg dan pilpres terhebat dan terpanas di jagat perpolitikan Indonesia ini. Saya mengatakan pilpres terhebat dan terpanas, karena saya meyakini salah satu kontestan dalam pilpres kali ini adalah “The real Satrio Piningit” yang kita nanti-nantikan.

Kedua, serangan “sendu merayu”

Saya memberi nama serangan jenis ke dua ini sendu merayu, karena pihak yang kontra dengan pencapresan Jokowi memajukan argument bahwa mereka tidak rela, kalau Jokowi “tinggal glanggang colong playu”, meninggalkan tugas dan tanggungjawabnya membenahi dan mempercaktik Jakarta.

Kelihatannya argument mereka terdengar sentimental dan sangat mencintai Jokowi, sampai tidak rela Jokowi pergi meninggalkan mereka yang terlanjur mengapungkan berjuta harap kepadanya. Namun saya menduga, argument ini pun esensinya sama dengan yang pertama. Esensinya, mereka tidak ingin Jokowi jadi presdiden. Titik! Itu saja. Apa alasanya? Apa lagi kalau bukan mereka sebenarnya memiliki jagoan lain.

Jadi kesannya bagi saya justru kelompok ke dua ini lebay. Bagi mereka saya hanya ingin mengatakan demikian, “bapak, ibu, mas, mbak, om, tante, AA, teteh, bro,sis, jangan sedih ya, Pak Jokowi tidak akan meninggalkan kalian kok, beliau hanya mau pindah kantor. Dari jalan merdeka selatan ke merdeka utara. Dari Balaikota ke Istana Negara.”

Itu saja. Cup,cup,cup jangan nangis lagi ya. Pak Jokowi masih akan jadi bapak Jakarta kok, wong kantornya masih di Jakarta juga.

Selamat pagi kompasianer, salam satu putaran!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline