Lihat ke Halaman Asli

BB oh Baby

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir tahun lalu saya bertemu dengan kawan lama dalam sebuah acara pelatihan di Jakarta.  Karena sudah lama tidak bertemu banyak sekali obrolan yang kami bicarakan.  Dari masalah pekerjaan sampai dengan masalah keluarga.  Apalagi kawan saya baru menikah sehingga nampak sekali aura bahagia diwajahnya. Salah satu yang menarik adalah masalah HP.  Dengan berbagai macam kecanggihan HP yang ada dan harga yang bisa dibilang terjangkau sepatutnya kawan saya yang sekarang makin tajir sudah mengikuti perkembangannya.  Saya tanya kenapa belum beli BB (BlackBerry). Nanti saja katanya, karena belum seminggu pulang dari ibadah haji. Jadi belum sempat untuk mengganti HP lamanya.  Oh iya kawan saya tersebut naik haji pake Haji Plus  (sekeluarga lagi).  Rasanya komplit benar hidup kawan saya tersebut.  Pengantin baru yang merayakan kebahagiaanya di Tanah Suci.  Itu belum cukup, karena beberapa bulan sebelumnya, baru saja membeli rumah yang harganya menurut ukuran saya sudah lebih dari cukup.  Bahkan mungkin bisa dibilang wah.  Bagaimana tidak, harganya mencapai di atas 500 juta.  Walaupun mengambil kredit bank, tetap saja itu merupakan hal yang luar biasa. Orang yang mengambil kredit tentu saja sudah menghitung secara cermat masalah angsuran dan segala macamnya.  Saya hanya bisa geleg-geleng kepala. Takjub sekaligus ikut senang juga.  Si Amat sebut saja begitu namanya, sekarang sudah sukses. Belum lagi Amat memperlihatkan ratusan hektar lahan orang tuanya yang tentu saja akan jatuh ke tangannya dalam sebuah foto yang dicopy dari google earth kepada saya.

Beberapa bulan kemudian, di awal tahun ini saya sms menanyakan kabarnya kembali.  Menanyakan rencananya untuk membeli BB.  Karena sekarang ini BB sudah banyak yang menggunakannya. Dan menurut saya Amat sudah layak memakainya.  Tapi apa jawaban smsnya,"  Amat pingin punya Baby, buka BB". Sontak saya terkejut membaca sms tersebut.  Betapa Amat ingin sekali mempunyai anak sehingga BB yang sempat diinginkannya menjadi tertunda.  Padahal saya  yakin Amat mampu membelinya .  Namun untuk urusan Baby ternyata lebih penting.  Amat ingin segera memiliki  Baby, yang kelak ingin mewarisi hartanya, menjadi pelipur lara hatinya, dan mendoakannya di kala tiada.

Sms Amat tersebut sekaligus mengingatkan kepada saya, betapa pentingnya arti Anak dalam sebuah keluarga.  Selama ini saya jauh dari anak-anak saya.  Bukan hanya jauh dari hati tapi secara fisik pun jauh sekali di hadapan saya.  Terpisah dari bentangan laut dan pulau, sehingga terkadang "melupakan" mereka.  Padahal tetesan keringat yang membasahi  tubuh saya, selayaknya saya secara penuh saya serahkan untuk mereka.

Amat, aku mendoakanmu semoga kamu segera mempunyai Baby sekaligus BB, tapi awas ya kalau sudah punya BB jangan kamu lupakan Baby-mu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline