Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Aku dan Anak Tunagrahita

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13684944432106866336

Terlihat anak tunagrahita yang tersenyum manis kepada Ibunya, saat matahari terbit dibalik atap rumah peninggalan sang ayah. Wajah polos tak berdosa seolah tegar menghadapi hidup, tanpa berpikir untuk menyongsong masa depan.

Tak pernah terlihat Ia mengeluh atau bahkan mempermasalahkan terlahir sebagai seorang tunagrahita, "pernahkah aku dan bayang-bayang bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan".

Namun diantara ruang yang lain, aku adalah lelaki hebat lulusan Master of communication ataukah aku adalah lelaki bodoh tak mempunyai prospek masa depan hidup, ataukah aku adalah seorang politisi yang senantiasa dihinggapi hingar bingar keindahan duniawi.

Namun pada saatnya nanti, aku dan anak tunagrahita itu akan bercampur dengan cacing tanah, terlilit oleh akar pepohonan dan menempati ruang yang pengap "bau tanah" dan masihkah kolega-kolega itu akan menyapaku@sobat_veronk atau justru anak tunagrahita itu yang lebih dahulu disapa????

Dalam lapar dan sulitnya memperjuangkan masa depan, tulisan ini adalah ruh. Dikala ku sambut kabut pagi ini dengan pelan, sambil menikmati datangnya cahaya matahari dan menunggu bunga bermekaran. Surga itu hadir diantara kita yang senantiasa bersyukur, tetapi neraka itu pun hadir saat kita tidak pernah puas akan hasil yang dicapai. "Sob, menertawakan perjuangan orang memanglah mudah, tetapi cobalah menertawakan perjuangan diri sendiri???"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline