Lihat ke Halaman Asli

Hikmah lycium

Adriantara

Epistemological goals for the human self

Diperbarui: 16 Oktober 2024   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(!)g.sudut pandang

Epistemologi hadir sebagai landasan utama dalam membangun resistensi terhadap informasi yang tidak valid dan melawan data-data yang tidak dapat dipercaya.

Epistemologi dipandang sebagai fondasi awal bagi seseorang dalam menghadapi berita atau informasi, baik dari dunia fiksi maupun non-fiksi. Epistemologi menjadi sebuah kacamata perspektif ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang untuk tidak menyerap informasi secara mentah-mentah.

Artinya, epistemologi berperan sebagai alat tameng bagi seseorang dalam menangani berbagai masalah, bukan hanya sebagai pertahanan pasif. Seperti pandangan Bung Rajib, resistensi ini dalam epistemologi juga berfungsi sebagai perlawanan terhadap paradigma yang tidak sesuai dengan bangunan pengetahuan itu sendiri. Penting bagi seseorang untuk tidak menerima informasi secara langsung tanpa penyaringan.

Tujuannya agar kita tidak didikte oleh kepentingan sepihak atau hanya menguntungkan segelintir orang. Bung Rajib menekankan pentingnya membangun basis epistem yang kuat agar kita mampu memilah antara informasi yang valid dan yang direkayasa untuk kepentingan tertentu.

Ketika menerima informasi dari luar, kita seharusnya tidak menerimanya secara mentah-mentah atau sekadar sebagai doktrin. Kita perlu memiliki alat pertimbangan pengetahuan agar tidak keliru atau rancu dalam menelaah informasi. Karena, dalam konteks psikologi dan perkembangan pola pikir seseorang, sangat ditentukan oleh cara kita menanggapi fenomena di sekitar kita. Menurut para ahli, tanpa disadari, karakter kita terbentuk oleh pemaknaan kita terhadap realitas yang ada. Cara kita menilai realitas ini akan membentuk pola pikir dan pandangan kita terhadap dunia.

Dari pemahaman terhadap realitas, akan terbentuk emosi dan keyakinan yang menjadi dasar tindakan kita. Ketika keyakinan ini semakin kuat dan dipraktikkan berulang-ulang, ia akan berkembang menjadi ideologi yang menuntun pandangan kita terhadap dunia. Ideologi ini terbentuk dari informasi dan data yang kita serap dalam kehidupan sehari-hari, yang kemudian menjadi pedoman dalam bertindak.


Tanpa kita sadari, cara kita memandang realitas dan bangunan epistemologi yang kita bangun akan membentuk ideologi yang menentukan arah hidup kita. Ketika seseorang telah membangun keyakinan yang mendalam dan terus-menerus menerapkannya, hal itu akan berkembang menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini, pada akhirnya, akan menentukan nasib seseorang. Jika bangunan epistemologi kita baik, penuh dengan data yang valid dan pengetahuan yang teruji, maka masa depan kita akan baik pula. Sebaliknya, jika dasar pengetahuan kita lemah, maka nasib kita bisa saja tidak sesuai harapan.

Penting untuk menyusun bangunan epistemologi yang baik agar nasib kita juga menjadi lebih baik. Meskipun di satu sisi ada takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan, di sisi lain, nasib kita juga ditentukan oleh upaya kita sendiri. Dengan membangun dasar pengetahuan yang kuat dan kritis, kita memiliki kendali lebih besar atas masa depan kita dan bisa menghadapi dunia dengan lebih percaya diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline