Lihat ke Halaman Asli

Kontradiktif

Diperbarui: 17 Februari 2018   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena menyedihkan.....

Tak dapat disangkal bahwa setiap orang tua ingin memiliki anak yang cerdas, anak yang sukses, bahkan mayoritas menginginkan anak yang sholeh/ah. keinginan seperti ini bisa kita akan kita jumpai hampir disetiap sudut daerah di indonesia ini. Baik dipedesaan maupun diperkotaan. Sehingga disimpulkan bahwa bangsa indonesia, negeri ini mendambakan generasi yang unggul berprestasi dan sholeh/ah.

Namun keinginan tak semanis kenyataan. Fakta tak seiring dengan harapan. Bagaimana tidak, anak yang diharapkan memiliki kecerdasan yang "tinggi" justru "dibodohkan" oleh orangtua dari anak2 itu sendiri. Sering tak menghargai pendapat anak, menganggap jelek pendapat anak, dan mengkerdilkan pendapat anak.

disisi lain anak yang disekolahkan di pesantren dengan harapan menjadi anak yang sholeh/ah tak dapat tempat yang tepat. Ketika "sianak pesantren" sudah memiliki ilmu lalu melihat masyarakat penuh kejahilan lalu ia-pun menginginkan keluarganya menjadi keluarga yang taat, sakinah, masyarakat yang madani,dst,,,justru dianggap sok soleh oleh keluarganya, tak mengindahkan ajakannya, bahkan dianggap aneh karena tak sesuai dengan adat ataupun kondisi kekinian di masyarakat.

Alhasil harapan memiliki generasi yang maju, berprestasi, tangguh, sholeh, berjiwa dan kesatria tak akan terwujud. Karena selalu dianggap "tak lebih baik" dari pada pendapat orangtua disuatu bangsa tersebut.

Lantas, untuk apa para orangtua menyekolahkan anak2 kalian hingga menjadi intelektual, namun pendapat dan ilmunya selalu diremehkan. Untuk apa para orangtua berdoa agar anaknya menjadi anak yang sholeh/ah, namun ketika anak sholeh/ah itu mengajak paa ketaatan justru diabaikan bahkan ditentang?

Parahnya, jika bangsa ini mengakui bahwa Al-qur'an dan sunnah (islam) adalah rahmat untuk semua alam, lantas mengapa tidak diterapkan dalam bernegara?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline