Lihat ke Halaman Asli

Melimpahnya Hasil Panen Padi Desa Wonoyoso Pringapus Dengan Jasa Petani Buruh

Diperbarui: 15 September 2018   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Masa panen padi di wilayah Pringapus yang serentak dilakukan oleh warga sekitar atau petani di Desa Wonoyoso mulai di lakukan akhir September dengan hasil cukup melimpah di bandingkan masa tanam sebelumya.

Di lahan pertanian seluas 0,5 hektar yang di Tanami padi milik warga skitar atau petani mapu menghasilkan gabah seberat 4 ton. baerarti dalam 1 hektar capaian rata rata hasil panen tembus 8 ton.

Faktor lancarnya pasokan air irigasi tanah yang masih di manfaatkan oleh petani serta minimnya hama penyakit seprti tikus ,belalang,dll yang menyerang padi ,dan juga pengolahan tanah pemupukan dan pemeliharaan padi itu menjadi kunci melimpahnya hasil panen .

Panen melimpah ini umumnya di lakukan secara berkelompok oleh beberapa warga,kalau jaman dulu pemanenan padi dilakukan dengan pemetikan tangkai padi menggunkan ani ani ,tapi saat ini sudah berbeda  batangan rumpunan padi di pangkas dengan sabit  dan kemudian dengan tangan rangkaian rumpun padi di pukul pukulkan ke wadah bambu ,wadah yang berupa meja dari bambu yag di susun renggang ,dan  memungkinkan biji padi rontok dari tangkainya dan terkumpul di alas di bagian bawah meja ,dan rumpunn padi yang bersih ini berguna bagi para pertenak guna untuk makanan sapi.

Mungkin saat ini memanen padi sudah menggunakan tenaga modern seperti traktor .traktor ini bekerja dengan memotong tangkai  padi dan secara otomatis akan merontokan butiran padi di dalam ruangan traktor yang trsedia. namun hal ini sepertinya kurang tepat kalau di terapkan di desa kami ,karena pola mekanisasi dengan menggunakan traktor ini jalas bertentangan dengan system padat karya yang di perlakukan untuk member lapangan kerja bagi petani buruh ,dengan demikian system panen menggunakan petani buruh untuk memotong dan mengepyok rupun padi ,masih menjadi pilihan terbaik di desa kami, dan upah yang di dapat petani buruh tersebut adalah upah bagi hasil panen mislnya 8:2 atau sebanyak 8 kurang untk pemilik sawah dan 2 kurang untuk petani buruh.

Dan tidak kalah menariknya petani petani di desa kami memiliki tradisi unik yaitu wayang kulit ,tradisi ini di lakukan setiap selesai acara panen,dan tradisi ini merupakan symbol rasa syukur kami kepada sang maha pencipta Tuhan Yang Maha Esa. atas berkah dan karunianya yang telah melimpahkan hasil panen di desa kami. 

Semoga bermanfaat bagi temen temen semua, sekian dan terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline