Lihat ke Halaman Asli

Ayu Ningtyas

A life traveller

Angan Melayang

Diperbarui: 9 September 2019   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: pixabay.com

Waktu berlalu tersapu angin.
Perlahan bayang-bayang masa lalu tenggelam di antara gugusan awan yang berarak pergi.
Perempuan berlari meraup mimpi.
Lelaki menganyam ribuan harapan, mencipta nelangsa.
Kenangan tentang bunga alang-alang di ujung pematang, hilang.
Degup jantung yang riuh menatap ekor matanya, berhenti.
Menggantung khayalan pada bintang-bintang.
 
"Tenanglah. Meski jiwa menjadi keruh olehmu, aku tak 'kan merapuh," katamu.

Musim akan terasa gersang.
Pohon randu meranggas.
Gugur daunnya satu-satu.
"Tak apa," hiburmu.

Ciap anak-anak ayam ramai mencari induknya.
Belalang beterbangan di pucuk-pucuk ilalang.
Angin menerbangkan sayap-sayap unggas dari atap kandang.
Seekor anak kucing mengeong manja dari balik rerimbun kembang lobelia ungu.
"Kemana indukmu?" gumammu.
Bulu abu-abunya kuyup terkena gerimis dan tanah basah kemarin sore.

Tanah basah?

Ah, kau jadi teringat musim kala itu.
Petrikor yang tercium di awal penghujan.
Kuncup melati yang mulai mengembang di ujung pagar.
Tak ada yang lebih syahdu dari cuaca mendung di tengah hari.
Kau berlari mengiringi langkah lain di bawah payung lebar berwarna biru.

Bayangan itu menghantuimu dari waktu ke waktu.
Rindu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline