Lihat ke Halaman Asli

Ayu Ningtyas

A life traveller

Puisi | Hampir Malam di Simpang Lima

Diperbarui: 21 Agustus 2019   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pengamen jalanan. (sumber: pixabay)

Senja mulai larut
Matahari ingsut ke peraduan
Lalu lalang mesin-mesin beroda mengubah lengang menjadi riuh
Sesak di jalan utama terasa lega saat tiba di persimpangan
Lapang yang jarang ada memangkas gelisah

"Kau ada di mana?" tanyaku ingin tahu
"Di hatimu," jawabmu berkelakar
Lalu pesan demi pesan berloncatan merebut perhatian
Mimpi-mimpi bermekaran hingga tak muat dada menampung gelora
Lalu kita hanyut dalam asmara yang naif

Pengamen jalanan bersuara parau tak hirau lantunkan sumbang di tengah udara berdebu
Tak masuk angin dia
Mulut terus menganga diiring petikan jari seadanya 
Sementara angin berembus semakin dingin, menampung lagu-lagu cinta beraroma tembakau 

Kau ingatkah persimpangan ini?
Tempat dimana kau bimbang kemana akan menautkan hati
Dan jalan lempang di hadapan tak nampak lagi
Kau hilang arah kini

Sorot lampu jalan silau menghalau pandangan
Satu persatu langkah yang terlewati berakhir di sebuah trotoar
Aroma masakan menguar dari warung-warung tenda
Angin masih sibuk mengibas-ngibaskan daun di tepi tanah lapang, saat anak-anak jalanan bebas berlarian

"Kau, di mana?" Kembali aku bertanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline