Aku pernah membaca tentang kisah Tjoet Nya Dhien. Putri seorang bangsawan kesultanan Aceh, istri dari seorang pejuang, Teuku Umar. Dan ia pun juga malah menjadi seorang tokoh perempuan Aceh yang akhirnya diasingkan Belanda ke Sumedang. Tjoen Nyak Dhien melanjutkan perjuangan suaminya untuk melawan penjajah. Kisahnya kemudian diangkat ke layar lebar tahun 1986 yang di sutradarai oleh Eros Djarot dan diperankan oleh Christin Hakim yang begitu dahsyat memerankannya hingga diganjar penghargaan pemeran utama wanita terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 1988.
Selain Tjoet Nyak Dhien masih banyak lagi tokoh-tokoh Aceh yang begitu luar biasa yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Tidak hanya tokoh-tokoh yang begitu gigih dalam berjuang mempertahankan tanah Aceh dari serangan Belanda
Tokoh-tokoh agamanya pun tak luput aku baca, Hamzah Fansuri, Nurrudin Ar-Raniri dan juga Abdurrauf Singkel. Abdurrauf Singkel dan Nurrudin Ar-Raniri merupakan sebagai ulama pembaruan Islam di Nusantara yang kiprahnya sudah berhubungan erat dengan jaringan global intelektual Islam.
Dalam bukunya yang berjudul Menyoal Wahdatul Wujud, karya Oman Fathurahman, Prof Azra dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa Nurrudin Ar-Raniri, Abdurrauf Singkel dan juga Yusuf Al Maqassari masuk dalam Ashab Al-Jawiyyin (Saudara kita orang Jawa). Luar biasa bukan. Bahkan ketiga tokoh nusantara itu, dalam hal intelektual islam menjadi transmitter utama tradisi intelektual-keagamaan dari pusat-pusat keilmuan Islam di Timur tengah ke Bumi Nusantara.
Ketika mereka kembali ke Nusantara mereka lalu menyebarkan ajaran Islam yang kemudian bersentuhan langsung dengan berbagai persoalan sosial politik. Mereka tidak hanya menuliskan berbagai karya lewat tulisan, mereka juga bersentuhan langsung dengan lembaga pemerintah, peradilan, pendidikan dan dakwah.
Sementara Abdurrauf Singkel, sejak tahun 1661-1690-an begitu produktif dalam menghasilkan karya yang membahas tentang fikih, tafsir, kalam dan tasawuf. Karyanya sangan fenomenal tentang fikih, bisa dikatakan sebagai yang peretama di wilayah Melayu Indonesia.
Di bidang tafsir, ia adalah cendikiawan pertama di bagian dunia Islam yang bersedia mempersiapkan tafsir lengkap alquran dalam bahasa melayu. Nah yang paling dahsyat adalah ketika Abdurrauf Singkel merumuskan tentang sebuah kajian tentang doktrin Wahdatul Wujud, hingga Annemarie Schimmel menyatakan bahwa, Abdurrauf Singkel adalah seorang yang genius, otentik dan brilyan dalam interpretasinya mengenai tasawuf, hal itu dikatakan ketika Annemarie Schimmel membaca Daqa'iq Al Huruf.
Kemudian tokoh Aceh lainnya adalah Laksamana Malahayati. Aceh sudah mempunyai admiral (laksamana) perempuan pertama di dunia. Yang mampu memporakporandakan armada laut Belanda dan menewaskan Cornelis de Houtman.
Bang Iwan Fals mengatakan bahwa Malahayati adalah Panglima laksamana jaya Malahayati, Dia Perempuan Keumala, alam semesta restui, lahir jaya, berjiwa baja, perempuan ksatria negeri. Ditanganmu kini jiwa anak negeri.
Jiwa-jiwa anak negeri itu kini dibuktikan dengan mengedepankan nurani dan kemanusiaan masyarakat Aceh dalam membela sesama manusia. Membela pengungsi rohingya. Bagaimana para nelayan Aceh menarik kapal pengungsi rohingya hingga ke bibir pantai.
Yang lebih menggugah nurani dan kemanusiaan kita adalah, bagaimana masyarakat Aceh di sekitar pantai itu menjadi garda terdepan untuk membantu mereka. Mereka bahkan berkata "siap untuk membantu dan mepersiapkan segala seuatunya kebutuhan para pengungsi itu, termasuk logistik atau makanan bagi mereka. Dari inspirasi masyarakat Aceh itulah, Akhirnya banyak sekali Lembaga-lembaga kemanusiaan lain yang membantu. ACT sudah menyiapkan food truck sekaligus kokinya.