Lihat ke Halaman Asli

Aymara Ramdani

Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Krakatau, Misteri dan Keindahan Gunung Purba

Diperbarui: 27 Desember 2018   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

"Seluruh dunia terguncang hebat, dan guntur menggelegar, diikuti hujan lebat dan badai, tetapi air hujan itu bukannya mematikan ledakan api 'Gunung Kapi' melainkan semakin mengobarkannya, suaranya mengerikan, akhirnya 'Gunung Kapi' dengan suara dahsyat meledak berkeping-keping dan tenggelam ke bagian terdalam dari bumi"

Itulah sepenggal isi Kitab ditulis pujangga Jawa, Ronggowarsito. Salinan kitab itu masih tersimpan rapi di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Kitab itu diterbitkan tahun 1869, 14 tahun sebelum letusan Krakatau (Inggris: Krakatoa volcanoes) pada 27 Agustus 1883.

Dokpri

Kini, gunung Anak Krakatau ini erupsi kembali, dan badan gunung anak krakatau ini runtuh, dan dasar lautnya pun longsor. Itulah yang kemudian para ahli menyebutkan bahwa hal itulah yang menyebabkan tsunami selat sunda, yang begitu dahsyat. Tidak ada peringatan tidak ada tanda-tanda, air langsung menghantam apa saja. 

Korban bergelimpangan, sampai dengan sekarang sudah menembus korban meninggal  lebih dari 300an dan korban luka-luka hingga ribuan jiwa dan yang mengungsi  juga sudah mencapai ribuan jiwa juga. begtulah jika alam sedang mencari keseimbangannya. Seperti hidup kita yang juga perlu keseimbangan. Pun demikian jika kita kaitkan dengan ibadah. Bahwa ibadah ritual sejatinya juga seimbang dengan ibadah sosial.

Ya, Gunung krakatau memang masih menyimpan misteri, setelah induknya menghancurkan 2/3 gunung itu, kini muncul anaknya, anak gunung krakatau yang terus hidup sepertinya karena semakin hari semakin tinggi , aku ingin melihatnya lebih dekat, aku inign menikmati letusannya dan jelas ingin juga snorkeling di lautnya nan jernih

Dokpri

Aku bersama-sama tim Narkopian mencoba ingin melihat ledakan vulkanik itu, walaupun dalam skala kecil. Kami buat rencana dan siap untuk mengexplorenya. Ya Krakakatau yang mampu membuat dunia menjadi gulita selama beberapa hari, Krakatau yang mampu merubah iklim dunia, kini aku akan menjumpainya kawan dan hari H telah di sepakati, kami akan mengunjunginya kesana, bersama Tim Narkopian. 

Dan taaaaraaaa, akhirnya tiba juga waktu itu, kami berkumpul di Kp Rambutan tepat pukul 19.00, P(f) Faisal, Nina, Mbak Ade, dan Wawan "Bimbim" Tuber. Ada beberapa kawan kami yang lain berangkatnya dari terminal Pulogadung, Tj Priok dan juga ada yang dari Cilegon, namun kami menyebutnya (Cilondon, hahahaha) dan nanti kami akan bertemu di Pelabuhan Merak. Jadi meeting pointnya ada di beberapa titik.

Dokpri

Mobil Primajasa bergerak perlahan meninggalkan Kp Rambutan menuju Merak. Pelabuhan penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Rencananya Jalur ini nanti akan di buat jembatan seperti SURAMADU. 

Waw, Jika terealisasi kita sebagai bangsa, jelas akan mempunyai kebanggaan tersendiri, apalagi jika dilakukan oleh anak bangsa sendiri juga. Dan yang pasti, semoga tidak ada antrian-antrian truk lagi yang sampai belasan kilometer, ketika ombak atau cuaca tidak mendukung. Dan jelas ini akan melancarkan distribusi semuanya, dari hasil kebun, sembako dll.

Jalan sempat terhenti di tol karena sedang dalam perbaikan. Mungkin ini dikerjakan untuk mengantisipasi ledakan pemudik. Namun ada pertanyaannya yang menggelitik hati ini, kenapa ya, selalu saja setiap mau Lebaran hamper semua jalan di perbaiki, pantura juga demikian, dan jalain lagi juga begitu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline