Lihat ke Halaman Asli

Aymara Ramdani

Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Menggapai Mahkota Dewi Anjani (II); Dwilogi Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Rinjani

Diperbarui: 7 November 2018   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sebebas camar kau berteriak...

Setabah nelayan menembus badai..

Seikhlas karang menunggu ombak..

Seperti lautan engkau bersikap..

(Sang Petualang, Rendra, Iwan Fals & Kantata Takwa)

Hangatnya cahaya mentari sore itu masih menemani pendakian kami di hari pertama. Setelah melalui kawasan pemukiman dan perkebunan serta kotoran-kotoran sapi yang menjadi bumbu dalam pendakian kami ini, medan yang kami lalui mulai berubah, menjadi padang sabana terbentang luas. Tampak di kejauhan, puncak Rinjani yang berdiri kokoh mencakar langit, segitiga raksasa yang akan kami gapai. Begitu mempesona dan menampakkan kebesarannya. Aku sempat berfikir, waw....

Kami terus berjalan menapakinya, kami memasuki hutan yang lebat, lembab dan begitu rapat kawan. Aku terus berjalan dengan selalu mendendangkan lagu-lagu Bang Iwan. Tutu tepat didepanku. Suasana di hutan itu begitu senyap dan dingin, aku tak tahu apa yang aku rasakan, kuterus berjalan dengan langkah kakiku yang teratur. 

Wawwwww... selepas hutan itu, membuat kami terbelalak. mata kami melotot melihat bentangan sabana yang begitu hijau dan luas. Aku terkesima, segera kuambil senjata pamungkasku, jepret sana dan foto sini. 

img-0126-jpg-5be2c8d16ddcae505b720a88.jpg

Sungguh pemandangan yang luar biasa. Hijaumu membawa kedamaian, sejauh mata memandang hanya hijaumu yang terlihat, namun aku perhatikan segitiga raksasa itu masih memperhatikan polahku, masih nampak angkuh dan kokoh. 

Aku terus berjalan beriringan dan tak lama kami mendapati sebuah pos, ya Pos 1 yang hanya berdiri sendirian, diam dan membisu, pos ini hanya di jadikan tempat istirahat sebentar saja kawan, aku pun demikian hanya sebentar di pos ini, kemudian berjalan lagi.

dokpri

Pendakian ini memang sangat kunikmati, indah dan membutuhkan kesabaran yang luar biasa, karena yang tadi aku bilang, sabananya masih begitu luas, dan sejauh mata memandang hanya sabana ini yang kita jumpai. Selepas pos 1, jalan setapak yang kulalui sekarang mulai terasa kurang bersahabat. Yang sebelum nya masih landai, kini makin sering ku jumpai tanjakan yang menghadang dan membuat dengkul serta otot pahaku bekerja ekstra keras. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline