Lihat ke Halaman Asli

Aymara Ramdani

Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Batasnya Sabar adalah Syukur

Diperbarui: 4 Oktober 2018   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

"Barangsiapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya" (HR Tirmidzi)

Berdasar dari hadis itu, Indonesia umumnya dan Sulawesi Tengah, Kota Palu dan Donggala yang diguncang gempa bumi, tsunami dan likuifikasi yang menyebabkan sebuah desa amblas dan berpindah sekira 100an M dari tempat semula. Harusnya itu musibah tersebut bisa kita jadikan pembelajaran untuk selalu bersyukur, apapun yang terjadi atau menimpa kita. Ribuan korban bencana itu sejatinya membuat kita empati tentang rasa kemanusiaan kita. kita bergerak beriringan untuk meringankan beban mereka. memang masalah sosial terjadi disana, dan segera mampu diatasai oleh pemerintah dan kita semua bersinergi untuk segera memulihkanya kembali. Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari sana, kawan?

ini menurut saya. Jika, jangka waktu kehidupan ini hanya dunia nyata ini saja, tiada hari kebangkitan, tiada kehidupan berikutnya, tiada balasan setelah apa yang kita lakukan di dunia ini. Untuk apa kita hidup didunia ini?

Seandainya hidup kita ini hanya sekadar untuk mengisi umur hidup kita ini saja  hanya dengan bersenang-senang. Makan minum berkumpul dan tak berbagi manfaat dengan orang lain. Untuk apa kita hidup di dunia ini? bukankah kita diciptakan untuk bermanfaat untuk orang lainnya.

Untuk apa pula bencana/musibah atau ujian allah datangkan kepada umat manusia. Kenapa juga banyak orang-orang desa/orang kecil yang rumahnya tersedot kedalam bumi, tersapu banjir dan longsor hingga membuat Bang Iwan bertanya dan tak mengerti, dalam salah satu lagunya.

Dalam salah satu syairnya Bang Iwan Fals, menuliskan tentang ketidak-mengertiannya tentang sebuah musibah yang menimpa masyarakat sekitar gunung Galunggung ketika itu. Inilah syairnya:

"Hey Tuhan Tamatkan saja. Cerita pembantaian orang desa, Yang jelas hidup tak manja.

"Hey Tuhan katanya Engkau Maha Bijaksana. Tolong Galunggung pindahkan ke kota.

Dimana tempat segala macam dosa

Berat beban kau datangkan

Pada mereka disana

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline