Lihat ke Halaman Asli

Aymara Ramdani

Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

"From Narkopian to Lombok"

Diperbarui: 8 Agustus 2018   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi

Mei 2012, pertama kalinya aku bersama tim Narkopian jejakkan kaki di Pulau Seribu Masjid itu. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan menjejakkan kaki disana, karena menurutku, pulau itu terasa begitu jauhnya dan pasti untuk mencapainya membutuhkan biaya yang besar. 

Pulau yang di sebut juga sebagai Pulau Kayangan ini begitu memesona. Karena Gunung Rinjani lah, aku akhirnya tiba di pulau itu. Karena keanggunan Dewi Anjani pula membuat aku tak kuasa untuk menolak rayuannya untuk mendaki. Karena tiga bukitmu aku ingin merasakannya. dengan sebuah proses pengumpulan pundi-pundi rupiah yang membutuhkan perjuangan pastinya. 

Kami tiba tengah malam di Lombok. Kota Mataram aku lewati pada malam itu. Hembusan angin malam itu tak membuat kami merasakan dingin, justru rasa hangat bersama sahabat melewati malam menuju penginapan.

dok.pribadi

Tiga Gili mu aku singgahi, Gili Trawangan membawa kami serasa masuk ke dalam dunia lain, alunan musik reagge membuat suasana semakin syahdu, tetap kami hanya pesan kopi. Karena kami memegang teguh dengan kata-kata "keep srupuut, stay caur", kawan. Bukan bir apalagi yang berkadar alkohol tinggi.

dok.pribadi

Mungkin Slank menciptakan lagu yang super bagus  (Pulau Biru) ini menggambarkan suasana Gili Trawangan yang memang penuh cinta.  Coba kawan maknai syair slank di lagu itu  

"Bicara kita hanya cinta dan cinta"

"satu cinta hilangkan naluri saling menghancurkan" 

Karena hanya cinta yang membuat dunia ini damai. Seperti Jalaluddiin Rumi bilang dalam salah satu puisinya "Cinta adalah ciptaan Tuhan yang pertama". 

Lalu, untuk apa kita hidup jika tidak ada cinta diantara kita, kawan. Sebarkanlah rasa cinta kepada semua dan semesta, maka  kita akan meraih kebahagiaan nan hakiki. Karena tujuan kita sebagai umat manusia adalah kebahagiaan, maka sarananya adalah Cinta.

dok.pribadi

dok.pribadi

Kampung Sasak di Sade tak ketinggalan aku kunjungi. Masih bersama tim Narkopian. Aku lihat seorang sepuh yang mendedikasikan hidupnya hanya untuk menenun di kampung itu. 

Wajahnya polos dan tampak optimis dalam raut wajahnya yang sudah senja dalam menjalani hidup ini. Aku pun belajar darinya tentang hidup dan makna hidup. Rumah-rumah di sana unik dan sejuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline