Lihat ke Halaman Asli

Aymara Ramdani

Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Catatan Sebuah Perjalanan: Pendakian Gunung Sumbing

Diperbarui: 8 Desember 2017   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri


Panggilan dari gunung turun ke lembah-lembah

Kenapa nadamu murung Langkah kaki gelisah

Matamu separuh katup Lihat kolam seperti danau

Kau bawa persoalan Cerita duka melulu

(Panggilan dari gunung, Iwan Fals)

Lebaran sebentar lagi, 1432 H atau tepatnya 31 Agustus 2011, seluruh umat Muslim merayakan kemenangan di hari nan fitri, setelah sebulan penuh menjalankan ibadah yang menguji kesabaran. Namun ada yang berbeda dengan anak-anak ini, kawan-kawan berencana untuk mengadakan pendakian ke Gunung Sumbing, tepat di lebaran hari ke 2. Rencana sudah dibuat, wacana dan planing sudah matang, tinggal menunggu hari H.

Hari H tiba. Tepat pukul 19.30 Tutu dan Kang Tege serta Kang Nyots sudah tiba di stasiun Kota. Sementara aku, P(f)aisal dan Wawan "bimbim" Tuber masih dijalan. Kang Sob jalan via Bandung. Jarum jam di HPku menunjukkan pukul 20.30 kita semua kumpul dan mencari gerbong untuk mendapatkan tempat duduk. Yup, akhirnya kita mendapatkan tempat duduk yang kita harapkan. Pukul 21.30 kereta berjalan perlahan meninggalkan kota Jakarta yang sedang sepi karena di tinggal penghuninya untuk mudik lebaran, sementara kita-kita mudik untuk mendaki, mencari pesonanya Gunung Sumbing

Pagi hari di Semarang, Stasiun Poncol kita jumpai, dan Kang Sob sudah menunggu disana. sementara teman-teman yg lain ada yang ngecharge hp, minum narkopi dan ada yang ke toilet sambil istirahat sejenak. Tak lama beristirahat segera kita menuju terminal Semarang yang kemudian melanjutkan ke daerah Garung Wonosobo.

Sekira 4 sampai 5 jam perjalanan, kita tiba di pertigaan Garung, persis ada masjid, dan kita sempatkan untuk shalat jumat berjamaah disana. Selesai shalat kita mencari makanan khas Garung, dan tahukah kawan, makan siang yang tak terlupakan dengan brongkos dan bebek gulai, yummy, prepare untuk naik. untungnya Kang Sob tak lupa membungkus nasi, yang pada akhirnya sangat bermanfaat buat kita-kita di tengah jalan.

Pukul 16.00 atau setelah ashar kita mulai berjalan. dengan semangad '45. Kita berjalan menyusuri ladang-ladang tembakau. Medan belum terlalu berat masih landai dan kita masih bisa bercengkrama. Kemudian medan mulai berubah, kita menemui jalan berbatu, semuanya batu yang sepertinya sudah di tata sedemikain rupa. 

Tampak didepan kami keindahan puncak Gunung Sumbing di sore itu sudah terlihat jelas. perpaduan cahaya matahari sore itu dengan keringnya gunung, tampak kemerahan puncaknya. Sambil menikmati indahnya suasana sore itu kita bercerita, kita bernarsis ria dan berpolah seperti anak kecil. Ada yang bergaya climbing, dan aku yakin semua kawanku menikmati perjalanannya dengan khayalannya masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline