Lihat ke Halaman Asli

Aymara Ramdani

Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Pendakian Gunung Cikuray 2.818 Mdpl Garut; Sebuah Catatan Perjalanan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13678967832093198326

Sembilan adalah angka tertingi dalam bilangan, Dengan sembilan orang kami berangkat menuju satu tujuan, Gunung Cikuray. Gunung yang memang tidak terlalu terkenal dan tidak terlalu tinggi kawan, namun apapun, jika kita hendak mendaki gunung, jangan menganggap remeh, jika di lihat dari ketinggian dan ketidak terkenalannya. tetap saja ia sebuah gunung yang mempunyai khasnya tersendiri, medan yang curam tanpa kita diberi untuk beradaptasi terlebih dahulu adalah medan pertama yang akan kita hadapi. [caption id="attachment_259473" align="alignnone" width="720" caption="MEdan yang akan kita lalui di awal pendakian"][/caption] Kami berkumpul di Pool Primajasa di Cililitan, semua kumpul tepat pukul 22.30 WIB. Kita siap meluncur ke daerah Garut, tepatnya terminal Guntur. Tiba di terminal dini hari dan kita gogoleran di sekitar terminal, tepatnya di masjid yang berada di dalam terminal Guntur sembari menunggu pagi. Karena kami akan melanjutkan perjalanan menuju pemancar tv swasta, ya sebuah awal pendakian untuk menggapai puncak Cikuray. kebun-kebun teh itu begitu luas dan hijau. diselingi kelebatan burung, kamirepacking dan siap untuk berangkat. Dengan semangat menggebu, lagi dan lagi perjalanan kami ini langsung di sambut dengan indahnya hamparan perkebunan teh yang luas. Tapi, yang kubilang di awal tadi, treknya tidak memberi kami sedikitpun untuk beradaptasi dengan medan yang ada, karena kami langsung dihadapkan oleh tanjakan terjal dan tanah merah, dan kami masih semangat. [caption id="attachment_259474" align="alignnone" width="800" caption="Pos Pemancar, tempat kita repacking sebelum benar-benar nanjak"]

13678968211462557487

[/caption] [caption id="attachment_259475" align="alignnone" width="800" caption="Hamparan teh yang begitu memanjakan mata kita"]

13678968571212942990

[/caption] Namun, memasuki kawasan bibir hutan yang lebat, nafas kami menderu laksana kereta tua. ngikkkk---hhhhuuuuuhuhhhhh...nggggikkkkkk....Tetap kami masih semangat untuk melihat keindahan negeri di atas awan ini. Trek makin menggila, tanjakan terjal, akar belukar ditambah hujan yang lebat membuat kami justru semakin semangat, iringan lagu Bang Iwan masih tetap menemani pendakian ku ini. Semua aral coba kami lawan, kami terjang walau peluh membasahi, tekad yang kuat membuat kami terus jalan, berjalan dan berjalan. Tepat pukul 18.30 WIB kami tiba di Puncak Bayangan, segera dirikan tenda sebelum hujan datang. seperti biasa kami masak dan ritual narkopian tak luput kami lakukan, sekali lagi angkat gelasmu kawan mari kita bersulang. makan malam juga tak ketinggalan dan bercerita di dalam lingkaran tenda adalah hal yang paling mengasikkan. setelah kami rasa cukup bercengkrama dan bercerita satu persatu kami masuk tenda dan zzzzztttttttt. [caption id="attachment_259476" align="alignnone" width="800" caption="Memasak dan ritual narkopian di pos bayangan"]

13678969141892995888

[/caption] [caption id="attachment_259477" align="alignnone" width="800" caption="NArkopian lagi ketika dini hari sebelum muncak"]

13678971351810172505

[/caption] Pukul 02.00 WIB kami bangun, Ompreng tidak bisa terlelap, hanya di temani alunan Bang Iwan, sehingga diriku juga terbangun. Pukul 02.30 WIB kembali kami menghangatkan tubuh dengan narkopian, Susu Jahe, dan sekali lagi lagi bercerita tentang medan yang baru saja kami lalui.  Keadaan ini cukup menghangatkan karena kami harus menuju puncak pukul 05.00 WIB. Jam 04.30 kami semua terbangun untuk muncak dan menggapai matahari yang baru keluar dari peraduannya.  tepat pukul 05.30 kami semua berangkat. head lamp adalah satu-satunya cahaya yang menerangi pendakian menuju puncak ini. kami berjalan berbaris bagaikan tentara yang siap menyongsong gempuran dari serangan lawan. langkah kami mantab dan yakin. medan batu itu kami lahap dengan gemilang, tanjakan itu sudah bisa kami lalui dengan sukses, karena kami sudah beradaptasi cukup lama dengan medan itu, hahahaha. sekira satu jam perjalanan kam itiba di puncak pukul. [caption id="attachment_259487" align="alignnone" width="800" caption="Pemandangan dari puncak Cikuray"]

13678976971568677400

[/caption] Tampak kota garut terlihat jelas. bukit-bukit itu indah dan bergelombang. Garut yang dikenal sebagai swiss van java ini begitu indah. gelombang bukit-bukit itu laksanan jalan tol yang berayun. suasana di puncak itu masih sedikit gelap kawan. kami narsis di sini, foto sana, jepret sini. Tuhan terima kasih atas kesempatan yang Kau berikan kepada kami, karena kami sukses menginjakkan kaki di atas ketinggian ini. begitu berbanding lurusnya antara perjuangan dengan keindah yang di dapat. Kebersamaan yang mengikat erat  Kebersamaan berpadu dengan keindah alam, dan pastinya indahnya kuasa Tuhan. Karena jelas Tuhan menyukai keindahan dibanding kemurkaannya. [caption id="attachment_259486" align="alignnone" width="720" caption="Foto bersama tim Narkopian di Puncak CIkuray"]

13678976671308287770

[/caption] Untuk Kang Tege, Ompreng, Kang Sob, Mboiy Nyot, Kang Edi, Umar, Uhcok, dan P(f)aisal saya Thanks atas kebersamaan yang kita lakukan untuk bisa menapaki terjalnya gunung Cikuray ini. srupuuut lagi ah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline