Penulis:
Alfaridzi Wiratama Arnaz Sebayang
Mahasiswa Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, aktivitas masyarakat kian padat dan serba cepat. Setiap hari, orang-orang selalu sibuk dengan kegiatannya masing-masing sehingga tidak banyak waktu dan memilih jenis makanan yang instan dan praktis. Akan tetapi, tidak semua jenis makanan ini memenuhi kebutuhan nutrisi harian, termasuk vitamin C. Sebagian besar dari mereka kerap menyepelekan dampak buruk dari perilaku ini. Padahal keberadaan vitamin C ini sangat esensial dalam menjaga kesehatan tubuh dari berbagai ancaman penyakit.
Scurvy atau dikenal juga dengan scorbutus merupakan suatu penyakit langka yang disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin C dalam jangka waktu yang lama yang berakibat pada rusaknya zat interseluler pada sel. Sehingga , penyakit ini akan mengakibatkan pendarahan pada bagian gusi di dalam mulut, tulang lemah, mudah lelah, dan kelelahan. Pada kasus yang parah, penyakit ini bisa mengakibatkan pendarahan internal bahkan kematian. Seorang ibu hamil dapat memengaruhi bayinya sendiri apabila ia kekurangan vitamin C.
Gejala penyakit ini biasanya tidak dapat dilihat pada awalnya, tetapi seiring bertambahnya waktu dan kurangnya asupan kandungan vitamin C, tanda-tanda klinis scurvy akan muncul. Pada bayi, scurvy dikenal sebagai penyakit Moeller-Barlow. Gejalanya termasuk mudah marah, nyeri pada kaki, dan pseudo-paralisis. Tanda-tanda lain mungkin termasuk postur "katak yang dipancung", beading costohcondral, dan perdarahan di sekitar gigi yang sedang tumbuh. Jika tidak diobati, scurvy pada semua kelompok usia dapat menyebabkan kematian.
Oleh sebab itu, langkah-langkah untuk mencegah dan mengendalikan penyakit scurvy perlu dilakukan dengan langkah yang tepat. Pencegahan utama terletak pada pemenuhan kebutuhan vitamin C harian melalui konsumsi makanan bergizi. Buah-buahan Sitrus, seperti jeruk dan lemon, serta sayuran berwarna cerah seperti brokoli dan paprika, merupakan sumber vitamin C yang baik. Selain itu, menjaga pola makan seimbang dengan mengonsumsi berbagai jenis makanan dapat membantu tubuh mendapatkan nutrisi lengkap yang diperlukan untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Untuk mereka yang sudah terdiagnosis scurvy, pengobatan biasanya melibatkan pemberian suplemen vitamin C dalam dosis tinggi untuk segera mengatasi defisiensi. Selain itu, perbaikan pola makan menjadi sangat penting untuk memastikan tubuh terus mendapatkan asupan vitamin C yang cukup. Perawatan pendukung lainnya mungkin juga diperlukan untuk mengatasi gejala-gejala yang muncul, seperti perdarahan atau nyeri sendi. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dan memperhatikan asupan nutrisi, kita dapat mencegah terjadinya scurvy dan menjaga kesehatan tubuh secara optimal.
Daftar Pustaka:
Zita Weise. (1999). Scurvy and its prevention and control in major emergencies. (WHO/NHD/99.11), 4. https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/66962/WHO_NHD_99.11.pdf?sequence= [Accessed 27 September 2024]
Office of Dietary Supplements. (2021). Vitamin C: Fact sheet for health professionals. National Institutes of Health. https://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminC-Consumer/ [Accessed 27 September 2024]
Apostolopoulos, V., Feehan, J., & Chavda, V. P. (2023). Scurvy: Rediscovering a Forgotten Disease. Diseases, 11(2), 78. https://doi.org/10.3390/diseases11020078[Accessed 27 September 2024]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H