Lihat ke Halaman Asli

Garam Nasional Harus Berdaulat

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia masih melakukan impor garam untuk memenuhi kebutuhan garam nasional hingga saat ini. Data yang dirilis Badan Pusat Statistic (BPS) pada tahun 2013, Indonesia melakukan impor garam dari Australia bulan januari-juni 2013, tercatat 733 ribu ton atau US$ 34,2 juta. Pada bulan Mei 2013 Indonesia impor garam dari India mencapai 47 ribu ton atau senilai US$ 1,97 juta, semester I-2013, total impor garam dari India adalah 189 ribu ton atau US$ 7,89 juta. Setelah mengimpor garam dari Australia dan india, Indonesia juga impor garam dari Jerman di bulan Januari-Juni 2013 mencapai mencapai 177 ton atau US$ 445 ribu.

Negara berikut yang juga menjadi Negara pemasok garam di Indonesia pada tahun 2013 adalah Selandia Baru dan Singapura. Impor garam dari Selandia Baru pada periode Januari-Juni 2013 mencapai 816 ton atau US$ 325 ribu. Sedangkan, impor garam dari Singapura pada bulan Januari-Juni 2013, mencapai 7,2 ton atau US$ 57 ribu. Selain itu ada kumpulan negara-negara lain dengan total impor garam selama Juni 25,3 ton atau US$ 4.370 dan semester I-2013 sebesar 663,9 ton atau US$ 142 ribu.

Setelah tahun 2013 Indonesia melakukan impor garam, Indonesia kembali melakukan impor garam pada tahun 2014, di bulan Januari-September 2014 yakni, Australia: 1,5 juta ton, US 68,21 juta, India: 235.624 ton, US$ 9,84 juta, Tiongkok: 24.349 ton, US$ 1,99 juta, Selandia Baru: 1.656 ton, US$ 656.784, Denmark: 281,5 ton, US$ 116.071 dan Belanda: 268,2 ton, US$ 69.347.

NTT Mampu Memenuhi Krisis Garam Nasional

Luas laut Indonesia yang mencapai 3,1 juta Km, memiliki potensi garam yang dapat menyelamatkan Indonesia dari krisis garam nasional. Bahkan dijamin Indonesia tidak akan melakukan inpor atau dependensia ke Negara asing, bila potensi garam tersebut dikelola secara optimal.

Salah satu daerah yang potensi garamnya sangat bagus/mengandung zat yodium, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini lahan garam aktif milik rakyat ada 33.000 hektar, 7.000 hektar yang masih idle (belum terpakai) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selanjutnya, kabupaten Manggarai Timur potensi lahannya 5.000 hektare, pemanfaataan 16,3 hektare, dan hasilnya 42,1 ton.  Ende potensi lahannya 200 hektare, pemanfaatan 4,5 hektare, dan produksi 5,9 ton. Dan Kabupaten Alor potensi lahannya 31 hektare, pemanfaatan 3,3 hektare, dan produksi 1,9 ton," katanya. Dan di Kabupaten Nagekeo, potensi lahan 2.000 hektare dengan tingkat pemanfaatan 14,8 hektare. Hasil yang diperoleh 24,9 ton.

Melihat potensi yang dimiliki oleh daerah Nusa Tenggara Timur (NTT), maka diharapkan pemerintah merlalui kementerian Perikanan dan Kelautan memaksimalkan potensi ini. Indonesia dapat menjadikan Negara meksiko sebagai contoh, dimana dengan lahan 1000 hektare dapat melakukan ekspor garam ke luar negeri,tidak sebanding dengan Kabupaten Kupang yang potensi garamnya 7. 000 hektare lahan garam.

Dengan mengelola potensi garam tersebut, maka Indonesia dapat keluar dari krisis garam yang merundung masyarakat dan industry di Indonesia saat ini, dan visi Indonesia sebagai Negara maritime dunia dapat dicapai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline