Lihat ke Halaman Asli

Di Sini, Passion Itu Kutemukan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki gedung perpustakaan UI yang baru launching Mei 2011 lalu membuat kesan tersendiri buatku, sehingga meninggalkan tulisan ini. Perpustakaan yang katanya terbesar di Asia ini memang megah, dan membuatku bersemangat untuk menelisik lebih dalam lagi apa yang ada di dalamnya. Setelah melewati pintu lobi, aku melewati aula yang berukuran besar. Disitu duduk beberapa mahasiswa di sebuah kursi dan meja bulat melingkar sambil berdiskusi dan berselancar dengan laptopnya. Ada juga yang duduk di kursi sofa panjang dengan latar belakang pemandangan danau yang terlihat dari dinding kaca gedung ini. Pemandangan danau yang indah menambah suasana sejuk disini. Seolah inspirasi mencuat-cuat kesana kemari. Setelah itu, masuk ke dalam lagi ada ruang audio visual tempat para mahasiswa dapat bebas ber-wire less ria dengan laptopnya , menjelajah dunia tanpa batas. Meskipun ruangan penuh dengan pengunjung, namun suasana tampak sunyi dengan dunianya masing-masing. Aku terus berjalan menuju lobi pendaftaran untuk mendapatkan kartu pengunjung sebagai tamu disini. Aku membayar Rp 5.000 dan menitipkan KTP pada petugas lobby, lalu ia memberikan kunci loker untuk menyimpan tas. Aku naik ke lantai 2 memasuki ruangan perpustakaan tempat buku-buku referensi berada. Tempat ini sangat nyaman dan sunyi. Sangat mendukung untuk belajar dan mencari inspirasi. Baru beberapa menit mengeksplorasi, aku menemukan sebuah buku menarik berjudul “Simplify Your Work Life” karangan Elaine st James. Baru beberapa menit saja, ide di kepalaku sudah bermunculan. Tangan ini sudah gatal ingin menuliskan sesuatu. Kuambil hp dan menuliskan beberapa catatan di notes. Dari buku ini aku menemukan beberapa clue yang aku ambil dari ide Elaine, sang penulis. Bahwa pekerjaan yang tak ada habisnya tak terasa telah menyita seluruh waktu dan kehidupan kita. Sehingga terkadang dunia kerja tak memberikan sedikit saja kesempatan buat kita untuk bersosialisasi dengan teman, tetangga bahkan keluarga sebagai orang terdekat. Pekerjaan sungguh tak berhenti, berputar deras bagai arus yang mengikuti roda kehidupan.  Bertahun-tahun berkutat di dunia kantoran, mungkin meninggalkan kejemuan yang bisa menjadi momok buat sebagian orang. Ada beberapa ide yang ditawarkan Elaine untuk menyederhanakan waktu kerja di kantor.  Diantara yang  aku catat adalah, kurangi jam kerja dengan bekerja efisien, jangan mudah memberi alamat email, mengambil cuti panjang dan melakukan lompatan (quantum). Dua hal terakhir menarik untuk menjadi perenunganku. Setelah mengakhiri membaca, aku merenungi ide tadi. Tanpa terasa, sudah 7 tahun aku bergelut dengan dunia kantoran. Dan tanpa terasa pula, sudah beberapa tahun aku tak bersilaturahim, baik dengan tetangga, teman kuliah atau kerabat. Tanpa terasa, sudah bertahun-tahun aku memenjarakan diri dalam dunia rutinitas yang menjemukan, yang tak terlalu membawa perubahan financial yang berarti buatku. Aku sendiri menyadari beberapa kali telah meninggalkan undangan teman dan sahabat pada momen pernikahan dan kelahiran anaknya. Sebuah momen berharga dari teman terdekat. Dan, ketika itu pula aku bahkan tak sempat mengucapkan kata maaf dan membalas kunjungan balik di hari lain, karena alasan klise : kerja. Ingin rasanya mengambil cuti panjang dan bahkan resign untuk mencari pekerjaan part time. Sambil memandang ke arah danau yang teduh, aku teringat saat-saat aku mahasiswa dulu. Saat dimana aku berkutat di dunia kampus. Saat dimana mungkin aku belum memiliki arah yang jelas akan kemana 10 tahun kemudian. Saat itu, aku masih menimbang-nimbang akan mencari pekerjaan apa, sebagai gurukah, atau bekerja di dunia kantoran? Lalu, lulusan macam manakah aku ini? Lulus kemudian tak bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang digeluti. Lalu, apa yang salah? Aku mencoba mencari jawabnya. Dan ternyata baru kutemui sekarang, bahwa passionku adalah menulis.  Sesuatu yang seharusnya aku sudah menemukannya di masa-masa aku sekolah dulu. Sedikit menyesal akan waktu-waktu yang telah lewat, hingga kini, baru satu buku kuterbitkan. Tapi, tak boleh ada kata terlambat untuk memulai sukses. Dari balik kaca dinding pembatas gedung perpustakaan ini, aku memotivasi diri untuk semangat merenda sukses dari sekarang. Disini, dibalik pemandangan danau ini, aku menancapkan tekad untuk meningkatkan manajemen diri, menetapkan tujuan, menguatkan keyakinan bahwa aku harus memulai sukses dari passionku dan terus menulis buku. Semangat tahun baru! Renungan Hijrah Depok, 1 Muharram 1433 H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline