Meskipun belum sangat besar, tapi penggunaan cryptocurrency di Rusia merupakan hal yang didukung oleh Pemerintah. Oleh karena itu sampai sekarang upaya Barat mengembargo Beruang Merah belum berhasil. Rakyat masih merasa nyaman dengan Vladimir Putin. Kunci kenyamanan itu---salah satunya---cryptocurrency.
Rusia sudah menginvansi Ukraina selama 198 hari. Angka tersebut bila dihitung hingga Jumat (9/9/2022). Sejak memulai serangan Rusia sudah diembargo Amerika Serikat, Kanada, dan semua negara anggota Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun, Rusia terbukti masih mampu bertahan hidup. Apa yang membuat Rusia masih kuat hingga hari ini?
Dilansir dari Vox.com, ternyata, negara adidaya dunia yang kini dipimpin oleh Vladimir Putin itu memanfaatkan cryptocurrency untuk menahan gempuran gelombang embargo ekonomi.
Meskipun Ukraina juga dibantu oleh banyak pihak menggunakan cryptocurrency, tetapi negara pimpinan Volodymyr Zelensky itu memiliki batasan dalam menggunakan cryptocurrency untuk membeli persenjataan atau memenuhi logistik perang mereka.
Sebaliknya, Rusia bebas menggunakan alat bayar dengan mata uang berteknologi kriptografi tersebut.
Sementara pemerintah negara-negara lain masih belum menyukai cryptocurrency karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Di satu sisi, mereka juga ingin menggunakan cryptocurrency karena dapat membantu memberikan hak kepada warga negara yang mungkin tidak mereka miliki sebelumnya. Hanya dengan cryptocurrency semua transaksi keuangan dapat dikendalikan oleh saiapapun di luar industri perbankan.
Akan tetapi pemerintah pasti tidak mau hal tersebut terjadi karena mereka ingin menegaskan kekuasaan dalam mengatur perbankan. Sikap pemerintah itu masih diperdebatkan banyak pihak. Ini membuktikan sebuah fakta bahwa kita melihat para politisi di seluruh dunia ingin menunjukkan betapa besar otoritas mereka atas perbankan.
Secara tidak langsung, pemerintah masih melarang rakyatnya menggunakan cryptocurrency sebagai alat bayar dalam kehidupan mereka.
Rusia Membebaskan Penggunaan Cryptocurrency