Lihat ke Halaman Asli

Arbi Sabi Syah

Jurnalis Komparatif.id

Bencana Air Bah di Tangse Aceh; Bencana Nasional Terdahsyat 2011!

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12999175041380159628

[caption id="attachment_95688" align="aligncenter" width="680" caption="Air bah di Kecamatan tangse, Kabupaten Pidie, Propinsi Aceh/Admin (news.com.au)"][/caption] Bencana alam seperti banjir bandang, gempa bumi yang berujung Tsunami, dan tanah longsor selalu datang tanpa lebih dulu memberitahukan kepada makhluk yang menempati alam. Ia muncul dengan cepat tanpa bisa dicegah sedikit pun. Jika Gempa bumi yang diakhiri dengan Tsunami itu adalah kejadian murni dari proses alam semesta. Lalu, mari kita bertanya pada diri kita sendiri, "mengapa banjir bandang dan tanah longsor itu ada?" Jawabnya adalah semua itu adalah petaka yang diakibatkan oleh ulah tangan-tangan jahil makhluk bernama manusia. [caption id="attachment_95679" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Blog.Harian Aceh"]

129991438234541424

[/caption] Ilustrasi di atas bukanlah tujuan yang menggarisbawahi tulisan ini. Saya mewakili rekan-rekan saya para Jurnalis dari Media Cetak/Elektronik, dan juga teman-teman relawan dari Lembaga-Lembaga Kemanusian yang sedang berada di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Propinsi Aceh. Mereka sedang mengumpulkan informasi dan bekerja keras membantu para korban Banjir Bandang (Air Bah) yang melanda pemukiman tempat tinggal mereka yang terjadi pada kamis malam (10/3/2011). Kedahsyatan air bah tersebut telahPuluhan nyawa manusia melayang, ratusan rumah hancur dan rusak atau tertimbun lumpur. Ratusan hektar lahan pertanian porak-poranda. Ruas jalan desa dan kecamatan juga dilanda longsor di beberapa lokasi. Gampong-gampong yang disapu banjir bandang itu yakni Blang Dalam, Mesjid Pucok Sa, Peunalom I dan II, Layan, Alu Badeuek, Pulo Baro, Krueng Meuriam, Ranto Panyang, Balng Dhot, Blang Pandak, dan Blang Bongong. Yang terparah dialami Gampong Ranto Panyang, hampir semua warga desa tersebut harus mengungsi ke Kota Tangse. Kondisi ini begitu memilukan dan butuh perhatian besar dari kita semua sebagai sesama makhluk Tuhan. Apa yang sedang dialami oleh saudara-saudara kita di Kecamatan Tangse, Pidie tersebut adalah reaksi alam terhadap apa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri terhadap alam. Betapa beringasnya manusia melakukan ekploitasi besar-besaran terhadap pohon-pohon yang ada di Hutan Tangse. Dalih ekonomi yang salah penerapannya itu telah membuahkan hasil berupa bencana banjir bandang yang sangat dahsyat. Hal ini sungguh bertolak belakang dengan program Pemerintah Aceh yang mencetuskan "Moraritorium Logging" atau Penghentian Penebangan Kayu di Hutan Aceh yang tujuannya adalah untuk menjaga kelestarian hutan sebagai pusaka yang akan diwariskan kepada Anak cucu kita nanti. Memang, banjir yang melanda Tangse dan kawasan Barat Selatan hari ini memang siklus tahunan. Namun siklus itu akan semakin membesar jika kondisi bumi ini semakin buruk akibat ulah manusia yang terus ingin “hidup modern”. Mari berhenti sejenak, merenung dan melihat kenyataan masa depan yang semakin muram akibat ulah kita sendiri. Perubahan iklim yang semakin ekstrem tidak bisa lepas dari ekses penebangan hutan, dan pembuangan zat polutan yang semakin menggila oleh manusia. Mari hidup lebih bersahabat dengan lingkungan, tidak hanya sekedar dekat saja. Dan lewat tulisan ini kami mengajak rekan-rekan sekalian untuk merenungi apa yang terjadi di Tangse Aceh sebagai bentuk bencana nasioanal terbesar tahun ini. [BA] Sumber Bacaan: Blog Harian Aceh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline