Lihat ke Halaman Asli

Arbi Sabi Syah

Jurnalis Komparatif.id

Penyakit Kusta dan Gizi Buruk di Indonesia

Diperbarui: 25 Januari 2017   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock.com

Hari ini tepatnya tanggal 25 Januari adalah hari yang bersejarah bagi dunia dan Indonesia. Di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia hari ini diperingati sebagai hari kusta International.  Ada yang membedakan secara nasional selain memperingati hari kusta International kita juga harus memperingati hari Gizi Nasional secara bersamaan. Dua peringatan dalam hari yang sama dengan pencapaian tingkat kesuksesan yang sama-sama bernilai nol besar alias tak ada perbaikan sama sekali. Nasib bangsa yang rakyatnya banyak terancam kusta dan penderita gizi buruk ada dimana-mana. Sungguh ironis!

Dalam kesempatan ini penulis ingin lebih dulu membicarakan masalah penyakit kusta lengkap dengan pengertian dan semua langkah-langkah antisipasinya. Khusus untuk topik kusta ini saya mengambil referensi dari berbagai buku yang saya baca dan nantinya akan saya sebutkan secara detil sumbernya. Setelah kusta dibahas maka saya akan berbagi juga dengan rekan-rekan sekalian mengenai Gizi buruk yang terjadi Indonesia. Walau pada tulisan saya sebelumnya saya sudah pernah membahas mengenai ini dalam tulisan yang bisa Anda baca disini. Masalah Penyakit menular seperti kusta dan persoalan gizi buruk adalah dua hal yang begitu penting diangkat selain masalah politik dan olahraga. Saya membuka diskusi khusus buat tulisan saya kali ini dengan teman-teman agar wawasan kita bertambah. Dan terpenting dari semua itu adalah adanya satu keinginan untuk membangun Bangsa ini lebih maju dan lebih kuat.

Pengertian Penyakit Kusta

Kusta adalah jenis penyakit menular yang paling mengancam kelangsungan hidup manusia. Tidak hanya itu, penderita kusta selain menghadapi ancaman jiwa juga harus berhadapan dengan kondisi masyarakat di sekitarnya yang merendahkan mereka. Lingkungan tempat tinggal yang mengakibatkan gangguan psikologis bagi penderita kusta yang butuh penanganan serius dari pihak pengambil kebijakan terkait dalam sebuah Negara seperti Indonesia.

Banyak orang di Negeri ini kurang mengerti apa sebenarnya penyakit kusta tersebut. Hal ini penulis rasa wajar saja karena Pemerintah yang masih berkuasa di Negeri terlalu disibukkan oleh hal-hal lain yang menurut mereka lebih penting bagi dirinya dan kelompoknya sendiri. Tak ada perbaikan wawasan untuk menambah taraf kesejahteraan hidup rakyat yang dipimpinnya. Sehingga, kondisi psikososial masyarakat Negeri kaya raya ini terabaikan begitu saja. Kondisi ini sungguh disayangkan. Pada hal masalah penanganan penyakit menular adalah salah satu kewajiban Pemerintah khususnya Departemen Kesehatan agar seluruh rakyat Indonesia menjadi sehat dan Bangsa ini dapat dibangun dengan lebih bijak.

Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta. Dua negara lainnya adalah India dan Brazil.

Bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ahli fisika Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen, pada tahun 1873 lalu. Umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah.

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang. Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena kusta.

Penyebab :

Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”.

Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline