[caption id="attachment_299419" align="aligncenter" width="241" caption="Ilustrasi/Cowxstema.blogspot.com"][/caption] Suatu malam di bulan September 2002 kuterima sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak kukenal. Kubaca pesan itu berulang-ulang, "rambutku sudah kupotong, semoga kamu puas - Ulfa." Kaget. Ya, aku kaget bukan kepalang dan bertanya-tanya dalam hati, "apakah aku telah menyakiti hati Ulfa?" Tak ada jawaban. Sama sekali aku tak tahu apa yang telah kulakukan. Tidak mungkin Ulfa marah padaku karena tadi pagi dia begitu bahagia saat kutelepon ke rumah kontrakannya. Kucoba menghubungi Leny, teman sekamar Ulfa dan kutanyakan beberapa hal padanya. Namun, Leny hanya berujar, "Ulfa sakit hati mendengar cerita Rina ketika kalian berdua nonton di Bioskop PP itu." Aku semakin kaget saja mendengar kalimat langsung dari Leny. Kapan aku dan Rina pernah nonton berdua? Sebelum aku dekat dengan Ulfa atau kapan? Aku tak bisa menjawab. Kepala pun tambah pusing tak karuan. Aku takut Ulfa bunuh diri. "Ah, ini pikiran yang berlebihan, tak mungkin gara-gara hal kecil beginian Ulfa harus mengakhiri hidupnya di dunia," sanggah hati kecilku. Lalu, kuhubungi Ulfa ke nomor pribadinya.
"hai, ada apa?" "sayang.." "Sayang!!?" "sayang, jangan disela dulu..aku ingin tahu mengapa rambutmu itu dipotong.." "jawab saja sendiri.."
Dumm..telepon ditutup dan aku hanya melongo sendirian dengan perasaan penuh tanya, "mengapa kau potong rambutmu Ulfa?" Belum ada jawaban.[Bahagia Arbi] Jangan lupa singgah ke tulisan lain tentang Ulfa disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H