Lihat ke Halaman Asli

Arbi Sabi Syah

Jurnalis Komparatif.id

Insting Manusia Telah Menghancurkan Dunia

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_244562" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi dari Google.com"][/caption] DUNIA adalah kampung yang besar tempat makhluk hidup dan banyak benda mati berkumpul. Manusia menjadi satu-satunya jenis makhluk hidup yang dominan karena memiliki insting yang kuat untuk menjadi pemenang. Tak mengherankan bila kemudian mahkluk hidup yang lain menjadi korban kolonialismenya dalam mempertahankan hidup di dunia ini. Ikan dipancing dan dijala agar bisa dikonsumsi untuk disatukan dengan nasi di dalam piring sebagai santapan. Hewan-hewan ternak disembelih dengan kejam untuk dimasak sesuai selera hati dan kemudian dicicipi nikmatnya sebagai alasan pemenuhan gizi. Tidak hanya itu, hewan-hewan ternak yang tadinya disayang dengan segenap pengorbanan jiwa dan raganya sering dijadikan alasan dengan label seremoni. Sungguh, ini sebuah perilaku yang tak wajar secara hewani. Tidak adakah cara lain memenuhi isi perut tanpa harus mengorbankan makhluk yang lain bagi manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan yang singkat di dunia ini? Seorang manusia terlahir ke dunia ini bukan dengan cara yang tidak indah. Prosesnya begitu menawan yang diawali oleh sebuah kenikmatan bernama syurga dunia dan diakhiri oleh kemenangan sebuah sel telur yang berbuah dengan nama zigot. Lalu seorang calon manusia melalui berbagai proses tumbuh kembang luar biasa di dalam tubuh seorang perempuan dalam waktu maksimum sembilan bulan. Jika ia beruntung secara proses maka lahirlah seorang manusia dalam wujud normal. Disitulah proses mahkluk bernama manusia dimulai lewat visualisasi manusia lain. Saya tidak sedang mengajak Anda membayangkan sebuah kebenaran atas pendapat saya tentang proses kita yang bisa hidup sampai sekarang sampai kita mampu menulis disini untuk dibaca banyak manusia lain, dan begitu sebaliknya. Tapi, saya hanya ingin menggaris bawahi bahwa kita dianugerahi insting yang sangat mematikan oleh Tuhan. Sekali lagi saya tak pernah ingin memastikan kepada Anda bahwa Tuhan itu telah salah. Tuhan tak pernah berbuat salah karena menciptakan kita ke dunia ini. Sama sekali tidak. Namun, keberadaan kita di dunia telah kita salah gunakan sendiri diluar kemauan Sang Pencipta kita. Insting mematikan manusia mampu menghambat pertumbuhan mahkluk lain seperti yang saya jelaskan pada paragraf awal tulisan ini. Bahkan jika saya boleh menulis bahwa manusia dengan instingnya takkan pernah segan menghentikan denyut nadi mahkluk sejenis agar ia bisa bertahan hidup. Perampokan keji dengan mengorbankan nyawa manusia yang dirampoknya adalah bukti yang sangat sahih atas insting manusia yang sangat mematikan itu. Tingkat kekejaman insting manusia akan lebih dingin kala ia membunuh karakter manusia lain hingga reputasi seorang manusia lenyap dan jatuh miskin secara fisik dan psikologis. Wajar jika sekumpulan hewan piaraannya disembelih, ikan-ikan di laut dipancing untuk dibunuh, pepohonan ditebang tuntas tanpa sisa di hutan, dan air dihambat lajunya menuju lautan dengan tenang. Perilaku manusia tanpa disadarinya telah memusnahkan alam seisinya. Dunia menjadi sebuah tempat yang sangat tidak nyaman untuk terus dihuni oleh semua makhluk di dunia ini. Mengapa manusia terlalu kejam memperlakukan dunia dengan insting matinya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline