Lihat ke Halaman Asli

Eben Ezer

Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD.

Mencoba Tidak Masalah, Asal Jangan Memuslimkan!

Diperbarui: 3 Januari 2023   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zavilda TV, salah satu channel youtube yang melanggar privasi dan hak perorangan dalam kontennya. Sumber: Zavilda TV.

Zavilda TV merupakan sebuah channel di platform youtube yang kehadirannya memunculkan kontroversial ditengah dunia maya. Isi kontennya memunculkan narasi yang mengobjektifikasi perempuan. Kontennya juga sangat memaksa orang lain lantaran diduga memproduksi serta mempublikasikannya tanpa izin korban dengan maksud komersil. Sehingga ramai kalangan aktivis, pemberdaya perempuan, dan masyarakat di dunia maya yang menuntut Zavilda untuk melakukan takedown seluruh video yang diunggah.

Kami menghadirkan Selyna Siauw, seorang psikolog untuk membagi pandangannya perihal kontroversi Zavilda TV. Menurutnya, hal ini bisa jadi bermotif dari terinspirasi konten yang mirip misalnya di luar negeri, namun caranya salah. Kembali, kalau tujuannya "memuslimkan" ya jelas salah, tapi jika hanya untuk mencoba, menurutnya bukan menjadi masalah.

Kami bertanya kembali, bagaimana menurut sudut pandang psikologis bagi korban yang terikut oleh suruhan Zavilda TV. "Secara Psikologis, korban pasti cemas ya. Maksud saya kan itu video youtube bisa ditonton siapa aja. Dan itu wajar. Karena juga kan istilahnya dalam tanda kutip ngelakuin yang gak dilakuin sama si korban. Jadi menimbulkan rasa bersalah juga" Ujarnya. 

"Lalu untuk menutup aurat seharusnya kesadaran sendiri. Mungkin ada perasaan bersalah karena mempermainkan agamanya. Jadi kita harus melihat dari dua sisi sih."

Siauw lebih melihat kontroversi ini dengan dua sisi. Sama seperti tanggapan masyarakat yang juga terbelah dua, ada yang mengecam juga ada yang kian mengamini. Tanggapan masyarakat di dunia maya ini dapat dipengaruhi oleh konten apa yang dibuat oleh influencer. 

Melalui hal ini dapat disadari bahwa hal yang mempengaruhi reaksi khalayak adalah persepsi dan budaya. "Ini mah sih menurut aku gimana netizen, gimana yang nonton," terang Siauw. 

Perbedaan budaya yang dimaksud misalnya jika di negara luar budayanya lebih welcome, sehingga penerimaan terkait konten seperti Zavilda TV bisa lebih mudah. Ia memaparkan, "Ya karena mayoritas kitanya misalnya kuatnya Jawa yang harus sopan ga boleh menyinggung sangat terjaga, yang gitu-gitu.Tapi kan di luar negeri sangat terbuka, kalo ga suka ya bilang. Budaya semacam itu mempengaruhi."

Sebab terkait konten Zavilda sendiri, menurut Siauw, Zavilda memang hanya berniat mencari sensasi di tengah masyarakat dunia maya sebagai daya tarik untuk ketenaran semata. "Tapi kalau korban tidak setuju di awal, bisa saja isi kontennya dikemas dengan sensoring agar identias asli (korban) tidak dikenal". Sehingga jika pihak channel Zavilda tidak izin terlebih dahulu sebelum mengupload, korban bisa saja mengambil jalur hukum.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline