Dengan berkembangnya Indonesia nyatanya tidak selalu memberikan efek positif. Dengan segala perkembangan yang ada terutama dalam sistem pendidikan di Indonesia, dapat memberikan dampak buruk pada perkembangan anak bangsa. Perkembangan kurikulum, teknologi, dan sistem pendidikan yang terus berkembang nyatanya tidak sepenuhnya bisa memberikan perubahan yang berarti, karena masih banyak siswa yang tertinggal. Seperti yang terjadi sekarang banyak anak SMP maupun SMA masih belum lancar bahkan tidak bisa membaca.
Menurut hasil dari pengamatan yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yaitu "Indonesian National Assesment Programme", hanya 6,06% siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan membaca dengan baik. Sisanya yaitu 47,11% cukup dan 46,83% persen lagi memiliki kemampuan membaca yang kurang.
Saat ini banyak siswa dasar yang lulus tanpa kemampuan membaca yang memadai. Seperti yang terjadi di SMP Negeri 1 Mangunjaya, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, ada sekitar 29 siswa belum bisa membaca. "Kelas VII (7) tercatat 11 siswa, kelas VIII (8) 16 siswa, dan kelas IX ada 2 siswa," kata Dian, Kamis (3/8/2023), dikutip dari TribunJabar.id. Sangat ironi sekali di era sekarang ini masih ada anak bangsa yang tidak bisa membaca, padahal membaca adalah kunci memahami dunia.
Penyebab yang cukup mempengaruhi terjadinya hal tersebut adalah, dengan adanya Kurikulum Merdeka yang di berlakukan saat ini memungkinkan siswa tetap naik kelas atau lulus walau belum sepenuhnya mencapai kompetensi yang di tetapkan, tidak efektifnya pembelajaran daring saat covid-19, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat, DLL. Saat ini bukan lagi "sekolah itu penting", tapi "yang penting sekolah". Banyak anak yang menyepelekan sekolah karena merasa pasti akan lulus walau dia tidak bisa apa-apa sekalipun. Bisa di lihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih belum mumpuni dan masih harus di perbaiki agar lebih tegas.
Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting, dengan memperbaiki sistem pendidikan yang ada, lebih tegas akan kurikulum yang di gunakan, menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai, dan pelatihan bagi guru. Pihak sekolah juga perlu menerapkan metode pengajaran yang lebih inovatif dan menyenangkan untuk menarik minat siswa dalam membaca. Selain itu, peran orang tua juga tidak kalah pentingnya, dengan memberikan motivasi dan contoh langsung agar membentuk kebiasaan yang positif sejak dini dan memperkenalkan mereka pada berbagai jenis bacaan. Dengan lingkungan yang positif maka akan sangat berpengaruh bagi proses pertumbuhan anak.
Kita tidak boleh membiarkan generasi penerus bangsa tumbuh tanpa kemampuan membaca yang baik. Membaca adalah jendela dunia. Jika ingin menciptakan masa depan yang lebih baik, setiap anak di Indonesia harus memiliki akses yang sama untuk belajar membaca. Mari bersama-sama memperjuangkan pendidikan yang berkualitas, demi masa depan yang lebih cerah,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H