Ini mungkin akan terdengar klasik bagi sebagian orang, tapi drama Korea pertama yang saya lihat adalah Endless Love atau Autumn in My Heart. Itu pun sudah dulu sekali, mungkin sekitar tahun 2001 masa awal-awal saya masuk Sekolah Menengah Pertama. Cerita drama ini cukup mengharukan dan hingga sekarang saya masih menyesali mengapa si tokoh utama Yoon Eun Suh yang diperankan oleh Song Hye Kyo harus jatuh cinta kepada Yoon Joon-suh (pemeran utama pria) dan bukan kepada Han Tae Seok (second lead).
Mungkin tak hanya saya, banyak masyarakat juga kecewa dengan itu. Tentang second lead alias sad boy memang selalu dibuat seperti itu, terlihat sempurna, baik hati dan kaya raya tapi nasibnya tidak beruntung karena tak dipilih oleh tokoh utama perempuan. Tapi bisa juga orang lebih menyesal mengapa Eun Suh harus meninggal karena penyakit. Yah, namanya juga drama, mungkin alurnya dibuat demikian agar lebih dramatis, lebih mengiris iris hati penonton.
Sebenarnya sejak itu saya tidak lagi menonton drama Korea, eh maksud saya pernah sekali lagi nonton Full House dan setelahnya istirahat cukup lama. Sama halnya dengan Endless Love, Full House juga diperankan oleh Song Hye Kyo. Di kala itu Kyo memang cukup populer dan drama-dramanya cenderung laris manis.
Lama vakum dengan drama Korea akhirnya saya menonton kembali di tahun 2016. Ada salah satu judul drama yang kala itu menarik perhatian. Banyak kawan merekomendasikannya. Kata mereka "Bagus banget", akhirnya saya pun penasaran. Judulnya tentu saja pembaca sekalian bisa menebak, yap "Decendent of The Sun" salah satu drama Korea terbaik sepanjang masa versi saya. Lagi-lagi pemeran utama perempuannya adalah Song Hye Kyo.
Sepertinya saya memang berjodoh dengan Song Hye Kyo ini. Kami tetap berkomunikasi antara pemain dan penonton meski hanya melalui drama-drama yang ia mainkan.
Dari Decendent of The Sun itulah daftar panjang drama Korea saya mulai tersusun. Setelahnya saya kembali menonton drakor satu per satu. Mulai dari yang terbaru hingga drama-drama lawas. Mulai dari yang multidimensi hingga yang ala-ala time traveler. Kalau dihitung-hitung hingga saat ini mungkin ada ratusan drakor yang sudah saya tonton.
Mulai dari genre fantasi seperti Goblin, Tale of The Nine Tailed 1923, W : Two World dan kawan-kawannya hingga kolosal seperti Moon Lovers Scarlet Heart, Mr. Queen, Moon Embracing the Sun dan sejenisnya. Mulai dari romantis hingga Beobjeong drama (drama yang bertema hukum).
Meski tidak semua drakor saya tonton tapi kalau dilist daftarnya cukup panjang. Cukup membuat saya mengerti beberapa istilah yang kerap muncul di berbagai dialog. Istilah seperti eottoke (gimana), daebak (keren, takjub), hajima (jangan), michoso (kamu gila), mianhae (maaf), kamsahamnida (terima kasih) dan sejenisnya.
Sepertinya setiap pencinta drakor tahu arti dari kata-kata itu dan sudah umum sekali. Yah, bisa dibilang tanpa sadar saya diasupi istilah-istilah bahasa Korea dan mengerti sedikit demi sedikit melalui drama yang tiap hari saya tonton.
Pernah suatu ketika saya berpikir, kenapa tidak sekalian saja saya belajar bahasa Korea jadi apa yang saya lihat di drama lebih bisa terekam dengan baik dan bisa lebih mudah dipahami seolah sedang praktik pembelajaran.