"I can see the pain living in your eyes
And I know how hard you try
You deserve to have so much more
I can feel your heart and I sympathize
And I'll never criticize all you've ever meant to my life"
Begitu mendengar penggalan lirik Air Supply berjudul "goodbye" ini -atau bahkan hanya sekadar intronya saja- saya yakin para generasi X dan gen milenial langsung terasa traveling ke masa lalu, mungkin ke masa ketika masih berseragam putih abu-abu atau ke kejadian-kejadian di masa tertentu.
Lagu dan musik adalah cara terbaik untuk mengikat kenangan. Itulah yang saya rasakan ketika menonton konser MLTR dan Air Supply beberapa waktu lalu di BCIS Ancol. Setiap mendengar musik dan lagu yang musisi lawas bawakan, saya jadi terbayang suatu kejadian di masa lalu.
Mungkin itu juga alasan ribuan orang meluangkan waktu untuk hadir dengan harga tiket yang tentunya tidak murah.
Berbeda saat menonton Bernadya yang kebanyakan gen z dan gen alpha, konser kali ini dipenuhi wajah-wajah paruh baya yang saya taksir usianya sebaya atau jauh di atas saya.
Menariknya lagi, saya melihat 3 orang penonton -yang sudah tidak muda lagi- memakai baju putih abu-abu lengkap dengan topi dan tas sekolah.
Kehadiran mereka menarik perhatian penonton lain yang sudah datang lebih dulu. Sepertinya mereka adalah kawan lama dan punya kenangan dengan lagu-lagu MLTR atau Air Supply ketika masih duduk di bangku sekolah.
Saat itu saya sadar, ternyata saya tidak hanya sedang menonton konser tapi terjebak di antara ribuan orang yang ingin kembali ke masa lalu.
Sulit menggambarkan yang saya rasakan tapi ini sungguh mengharukan. Mereka yang tumbuh di era 80 hingga 90an berada di dalam satu ruangan untuk bersama-sama kembali ke masa lalu melalui lagu.