Ada yang lebih penting ketimbang menyalahkan pihak lawan pasca melihat hasil quick count.
Memang berdasarkan hasil hitung cepat dari 6 lembaga survei per rabu 14 Februari 2024 dinyatakan pasangan Prabowo-Gibran unggul sebanyak 58,73% dengan jumlah data masuk 88,45% sampel 2000 TPS di 38 provinsi. (kompas.com)
Meski hasil resmi belum keluar, namun melihat dari perkembangan data yang ada hingga hari ini, sudah bisa diprediksikan besar kemungkinan bahwa paslon 02 akan menang 1 putaran.
Sontak hal ini menjadi angin segar bagi para pendukungnya. Sebaliknya, ini juga kabar buruk bagi para pendukung pasangan calon (paslon) 01 dan 03, termasuk saya.
Sebenarnya persoalan siapa yang unggul bukan sekadar siapa yang nantinya akan memimpin negeri ini. Lebih dari itu ada hal kecil lain yang luput dari perhatian yaitu nasib para pendukung paslon yang kalah.
Bukan rahasia lagi pasca hasil quick count keluar pasti terjadi saling sindir. Pendukung paslon yang menang merasa jumawa karena merasa suaranya adalah mayoritas sementara pendukung paslon yang kalah akan denial dan mencoba mencari kesalahan paslon yang menang.
Yang paling miris adalah munculnya sindiran untuk pindah negara bagi pendukung yang kalah. Entah siapa yang memulai apakah dari kubu pemenang atau kubu yang kalah, tapi kata-kata itu menyakitkan.
Kita semua memberikan hak suara melalui paslon masing-masing dengan harapan bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik. Artinya siapapun yang menang, kita tetap ingin Indonesia menjadi lebih baik. Sedih dan kecewa iya, tapi bukan berarti juga harus pindah negara.
Yah, selain fase saling serang kubu selama masa kampanye, kita memang harus berhadapan dengan fase pasca hasil hitung cepat seperti di atas. Tidak mudah memang, tapi kita tetap harus melaluinya dan melanjutkan hidup.
Masih banyak PR negeri ini dan mau tidak mau, suka tidak suka memang harus dikerjakan secara kelompok. Bisa dibayangkan kalau kerja kelompok tapi malah terjadi pertengkaran antar para anggota, tentu akan menyulitkan kinerja.