Penangkapan Petinggi Sunda Empire, Rangga Sasana di Bekasi (28/1) memperjelas status kerajaan-kerajaan baru yang memang patut dipertanyakan. Masyarakat kita memang tengah dibanjiri berita kemunculan kerajaan-kerjaan baru yang cukup meresahkan. Beruntung satu persatu petinggi kerajaan mulai dibekuk agar tak semakin menyebar luaskan paham.
Sebelumnya, polisi telah lebih dulu menahan raja dan ratu Keraton Agung Sejagat pada 14 januari lalu. Keduanya dijerat UU No.1 /1946 tentang Peraturan Hukum Pidana serta pasal 378 KUHP tentang penipuan.
Orang menipu memang sudah ada sejak dulu, namun mengapa masih banyak masyarakat kita yang tertipu dan mau menjadi pengikut kerajaan-kerajaan fiktif tersebut? Tercatat sebanyak 450 orang menjadi pengikut kerajaan Agung Sejagat. Jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah kasus penipuan tentunya.
Mungkinkah banyaknya korban penipuan tersebut dikarenakan masih adanya sekelompok orang yang percaya bahwa harta bisa diperoleh dengan cara yang instan?
Perkara instan di negeri ini bukanlah hal baru, pada era jadul, dikenal istilah yang namanya "pesugihan". Dalam bahasa jawa, pesugihan berasal dari kata "sugih" alias "kaya", sehingga bisa diartikan sebagai upaya mencari kekayaan. Secara umum, kata "pesugihan" bersifat negatif, karena cara yang digunakan tidak lazim dan berbau instan.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pesugihan pun lucu dan unik. Contohnya adalah Pesugihan Gunung Kemukus yang menyuruh si peminta pesugihan untuk berhubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya.
Ada lagi Pesugihan Nyai Puspo Cempoko di mana beredar kepercayaan untuk diganjar banyak harta seorang lelaki harus bersedia menjadi suami Nyai Puspo Cempoko dengan melakukan beberapa ritual. Yang tak kalah unik adalah pesugihan Genderuwo yang mengharuskan si pencari pesugihan membawa masakan dari burung gagak, berdiri di bawah pohon gayam dengan bertelanjang bulat.
Sebetulnya ketika seseorang menggadaikan keinginannya untuk memperoleh kekayaan secara instan, ketika itu pula ia telah menggadaikan kenalarannya.
Dalam kondisi tersebut, seseorang mudah dirasuki, dibujuk, dibisiki dan dimanfaatkan oleh seseorang untuk melakukan sesuatu sekehendak hati orang yang membisiki. Jadi jangan heran kalau orang ingin kaya mendadak rela melakukan ritual aneh-aneh atau mempercayai cerita-cerita konyol tentang Sunda Nusantara yang kekuasaannya meliputi 54 negara.
Jaman memang sudah berubah modern. Era pesugihan semakin surut seiring dengan pengetahuan masyarakat yang mulai meningkat. Namun, rupanya masyarakat masih sama, banyak orang masih menginginkan kekayaan secara instan.
Bagi orang modern dan berduit, hal tersebut dilabuhkan dalam bentuk investasi. Bisnis investasi memang benar adanya, yang salah adalah penipuan berkedok investasi. Retorika investasi digunakan oleh orang-orang tak bertanggungjawab untuk menjerat masyarakat yang berpengetahuan minim namun memiliki keinginan untuk kaya secara instan.