Lihat ke Halaman Asli

Ire Rosana Ullail

TERVERIFIKASI

irero

Video Anak SD Berbahasa "Krama Inggil" dan Ingatan tentang Kampung Halaman

Diperbarui: 21 Januari 2020   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sebuah video sekelompok anak SD berdurasi 27 detik yang disebar oleh akun @rasaraba, menarik perhatian saya. Dalam video tersebut, anak-anak terlihat bernyanyi dan mempraktekkan gerakan lagu berbahasa "Krama Inggil" yang dipandu oleh guru mereka. Lirik yang diucapkan mengingatkan saya akan masa kecil dan kampung halaman. Jaman di mana Bahasa "Krama Inggil" masih banyak dipakai dan berseliweran di telinga.  Berikut video, lirik serta artinya, Klik

Diparingi, matur nuwun. Artinya, kalau diberi, bilang terima kasih.

Ditimbali , matur dalem. Jika dipanggil, menjawab "dalem".  Kata "dalem" sering digunakan untuk menjawab panggilan secara halus. Maknanya kurang lebih sama seperti kata "iya". Di jawa, menjawab "dalem" lebih terdengar lebih sopan ketimbang sekadar "Hmmm...", "opo.....", "Nopo"

Yen lewat, nderek langkung. Kalau lewat, bilang permisi. 

Yen lepat, nyuwun pangapunten. Kalau salah, meminta maaf. .

Artinya memang sekadar bahasa unggah-ungguh  untuk mengingatkan. Namun yang membuat saya baper adalah semua itu dilakukan dengan Bahasa "Krama Inggil". 

"Krama Inggil" adalah Bahasa jawa yang tingkatanya dianggap lebih sopan dan sering digunakan untuk berkomunikasi kepada orang yang lebih tua. Sementara Bahasa jawa yang sehari-hari saya pakai adalah Basa "ngoko" yang cenderung lebih santai dan biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan orang sepantaran.

Sudah lama saya tak mendengar Bahasa "Kromo Inggil". Terlebih semenjak pindah ke Ibu kota. Di kampung halaman pun Bahasa yang dipakai orang kebanyakan adalah  "Ngoko" dan Bahasa Indonesia. 

Bagi yang mengerti artinya, mendengar orang berbahasa "Krama Inggil" akan membuat hati adem dan tentram. Hidup serasa dipenuhi orang-orang yang halus budi pekerti (seolah-olah, lho ya!).

Anak-anak di kampung rata-rata bisa berbahasa Jawa namun sudah jarang yang masih menggunakan "Krama Inggil" baik itu kepada guru maupun orang tuanya. Dengan orang tua mereka berbahasa "Ngoko", sementara di sekolah lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia. Memang tak ada salahnya memakai Bahasa "Ngoko", toh artinya sama saja.

Memang, dengan berbahasa "Ngoko" secara arti dan fungsi Bahasa telah terpenuhi, namun rasa yang ditimbulkan orang yang mendengar tentu berbeda, terlebih untuk mereka yang lebih tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline