Mungkin kejahatan dan perbuatan jahat adalah semacam candu. Sekali seseorang sudah pernah berbuat jahat dan berhasil menikmati dari ulah kejahatannya, maka virus ini akan menjadi semacam heroin yang sulit dihilangkan. Bahkan menjadi semacam addict, tidak memperdulikan orang lain dirugikan dan menderita akibat hobby menghirup kenyamanan perbuatan durjana. Segala cara dipakai untuk melanggengkan sikap jelek asal terpuaskan nafsu jahat untuk melanggengkan yang telah dicapainya. Licik, curang, menelikung di kegelapan, mencederai, menggunting dalam lipatan, musuh dalam atau diluar selimut, culas, menghalalkan segala cara adalah beberapa ciri dari durjana korawa.
Sungguh tersirap membaca headlines Kompas.Com bahwa 5 surat/formulir Pendukung Arifin Panigoro hilang dan dengan demikian dia gugursebagai Calon Ketua Umum PSSI. Permainan klasik grup NH namun tetap aktual untuk dihidangkan. Konperensi Pers singkat tanpa tanya jawab, jelas ciri culas grup NH untuk melanggengkan kekuasaannya di PSSI. Mereka seolah sudah sakauw setengah mati sehingga perbuatan culas dengan enteng dilakukan dan tidak merasa berdosa. Segala macam alasan akan di hidangkan dari tidak menerima surat atau digugurkan, persyaratan tidak lengkap, terlambat dikirim dan lain lain. Ulah yang tidak mengejutkanlah karena sudah kebiasaan dari grup mereka, dan dari sekarang sudah bisa ditebak NH akan secara "aklamasi" dimenangkan. Rezim NH dengan gagah melanjutkan kekuasaan di jilid 3 Kepengurusan PSSI untuk periode berikutnya.
Untuk apa lagi konggres PSSI kalau sudah terbaca begitu, mending uang untuk konggres yang memakan beaya miliaran rupiah di Resort Mewah Lagoi pulau Bintan yang harga kamarnya USD 112 hingga USD330 semalam, digunakan untuk pengembangan Olah Raga lain yang bermanfaat.Belum lagi transportasi kesana yang cukup rumit, lewat Udara dan laut. Lagoi 80 km diutara Tanjung Pinang dan 30 km dari Tanjung Uban cukup merepotkan untuk dicapai, kecuali bagi mereka yang berduit. Dari pemilihan tempat saja sudah mencerminkan upaya untuk menghindari Publikasi.
Bagi saya konggres PSSI sudah usai dan Ketum beserta anggota Excom juga sudah terpilih dari sejak di Nirwana Bali. Untuk apa memberikan dengan cap legitimasi bahwa seolah terjadi Demokrasi pemilihan bebas padahal itu hanyalah sebuah Pseudo Demokrasi. Usul saya adalah Pemerintah melalui menpora mengambil alih masalah ini, dengan risiko Organisasai Sepakbola Indonesia Dibekukan sementara oleh FIFA. Ini malah baik ibarat moratorium pemekaran daerah dan pembabatan hutan untuk perbaikan kedepan. Kalau menghadapi kaum Machiavellis ya harus begitu caranya. Kalau tidak mau begitu jangan mengeluh kedepan. Jadi untuk Ketum PSSI Case Closed.
Tweet@bandungprasodjo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H