Lihat ke Halaman Asli

41_Sarry Inditia Putri

Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Menyelaraskan Keadilan Sosial, Kemakmuran, dan Kesejahteraan Rakyat di Era Pasca-Pandemi

Diperbarui: 8 September 2024   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi COVID-19 telah mengekspos dan memperparah ketimpangan yang ada di masyarakat, sekaligus memberikan momentum untuk mengevaluasi ulang paradigma pembangunan kita. Dalam konteks pemulihan pasca-pandemi, tiga pilar fundamental - keadilan sosial, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat - perlu diselaraskan kembali untuk menciptakan fondasi yang lebih kokoh bagi masa depan bangsa.

Redefinisi Keadilan Sosial

Keadilan sosial, sebagaimana diartikan oleh filsuf John Rawls, menekankan pada distribusi hak dan kewajiban yang adil dalam masyarakat. Namun, pandemi telah menunjukkan bahwa konsep ini perlu diperluas. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan jarak jauh, dan pekerjaan yang layak di era digital menjadi aspek baru dari keadilan sosial.

Data BPS menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 6,49% pada Februari 2023. Meski angka ini menurun dibandingkan periode pandemi, masih ada kesenjangan yang signifikan dalam akses terhadap pekerjaan dan pendidikan berkualitas.

Untuk mewujudkan keadilan sosial di era pasca-pandemi, beberapa langkah krusial perlu diambil:

  1. Reformasi sistem jaminan sosial untuk mencakup pekerja sektor informal dan gig economy.
  2. Investasi masif dalam peningkatan keterampilan (upskilling) dan pelatihan ulang (reskilling) tenaga kerja untuk menghadapi tuntutan ekonomi digital.
  3. Penguatan program perlindungan sosial yang adaptif terhadap krisis.

Redefinisi Kemakmuran

Pandemi telah memaksa kita untuk memikirkan ulang konsep kemakmuran. PDB sebagai ukuran tunggal kemakmuran bangsa semakin dipertanyakan relevansinya. Kita perlu mengadopsi pendekatan yang lebih holistik, seperti yang diusulkan oleh ekonom Joseph Stiglitz, yang menekankan pada kesejahteraan, keberlanjutan, dan ketahanan.

Beberapa strategi dapat dipertimbangkan:

  1. Pengembangan indikator kemakmuran yang lebih komprehensif, mencakup aspek kesehatan, pendidikan, dan kelestarian lingkungan.
  2. Mendorong ekonomi sirkular dan green economy sebagai model pembangunan yang berkelanjutan.
  3. Investasi dalam inovasi dan teknologi yang berfokus pada pemecahan masalah sosial dan lingkungan.

Kesejahteraan Rakyat: Beyond GDP

Kesejahteraan rakyat tidak bisa lagi diukur semata-mata dari indikator ekonomi. Pandemi telah menunjukkan pentingnya aspek kesehatan mental, keseimbangan hidup-kerja, dan ketahanan komunitas dalam menentukan kualitas hidup masyarakat.

World Happiness Report 2023 menempatkan Indonesia di peringkat 87 dari 137 negara. Ini menunjukkan bahwa masih ada ruang signifikan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline